Sebenarnya berita tentang kecelakaan atau musibah Adam Air awal Januari 2007 tidak perlu disebut misteri. Itu kecelakaan biasa, lantaran memang bisa terjadi di mana-mana dan kapan saja. Kalau tidak menabrak gunung pastilah mencebur di laut.
Peristiwa kecelakaan Adam Air itu tampaknya menjadi luar biasa ketika beritanya ditulis dengan istilah dan tata bahasa yang diselewengkan. Media massa (termasuk elektronik dan Kantor Berita Antara) menulis: Pesawat Adam Air Menghilang.
"Hilang" artinya lenyap, tidak ada lagi, tidak kelihatan (lihat contoh KBBI: tiba-tiba benda itu hilang dari pemandangannya). "Hilang" adalah suatu keadaan ketika kita sadar bahwa suatu benda atau seseorang entah berada di mana karena sudah di luar pandangan mata kita. Lenyap, atau tidak kelihatan lagi. Mungkin tersesat, tercecer atau telah dicuri orang.
Kata "menghilang", kata guru saya di kampung, adalah tindakan seseorang atau makhluk lain (binatang atau genderuwo, kuntilanak) untuk tidak memperlihatkan dirinya atau melenyapkan dirinya di tempat keramaian atau di tempat yang gelap. Bersembunyi supaya tidak dilihat orang.
Jika pesawat terbang Adam Air itu "menghilang" maka yang terlintas di dalam pikiran kita adalah pilot pesawat itu melakukan tindakan yang disengaja supaya tidak terlihat orang. Sama halnya dengan pencuri yang bersembunyi atau melarikan diri dari kejaran polisi. Kalau itu yang
terjadi, maka peristiwa pesawat Adam Air sebenarnya bukanlah musibah atau kecelakaan.
Di luar negeri, pesawat yang "menghilang" itu biasanya dilakukan oleh pilot pesawat tempur (misalnya "Stealth") yang hendak menghindar dari tangkapan radar musuh. Pilot pesawat komersial seperti Adam Air tidak mungkin melakukan hal itu karena setiap saat dia harus selalu berhubungan dengan menara pengawas di bandara.
Di dalam negeri (Indonesia) yang "menghilang" itu bukan tindakan pilot pesawat terbang tempur, tetapi tabiat pencuri atau koruptor kelas kakap untuk menghindari hukum. Tokoh terkenal di Indonesia yang pernah melakukan tindakan "menghilang" adalah Tommy Soeharto dan
pengusaha besar Edy Tanzil.
Tommy Soeharto "menghilang" selama hampir setahun (tetapi kemudian tertangkap) sebab dia tidak mau dihadapkan di depan meja hijau Pengadilan Negeri Jakarta. Sebelumnya, Edy Tanzil "menghilang" juga dan sampai sekarang tidak pernah menampakkan diri karena tidak
mau hidup meringkuk di dalam penjara Cipinang.
Tetapi dalam peristiwa hilang-menghilang itu, Edy Tanzil ternyata lebih lihai daripada Tommy Soeharto, sebab pengusaha besar keturunan Cina itu sampai sekarang tidak pernah lagi ditemukan atau tertangkap. Entah sekarang dia berada di mana.
Dalam kasus sepeti ini, kita tentu tidak dapat berkata bahwa si Tukul tidak bisa lagi menulis surat karena pulpennya telah "menghilang". Si Tukul cuma lupa saja, sebab dia tidak ingat lagi pulpennya itu entah di mana letaknya. Mungkin jatuh tercecer, mungkin juga dipinjam
temannya. Pulpen milik si Tukul "hilang".
Jadi, sama seperti pulpen si Tukul, pesawat Adam Air juga mestinya "hilang" sebab tidak kelihatan, atau tiba-tiba lenyap, atau tidak diketahui lagi oleh petugas di menara pengawas. Belakangan baru diketahui bahwa bangkai pesawat itu ternyata sudah berada di dalam laut.
Anehnya, wartawan kemudian menulis berita dengan judul besar-besar: "Serpihan pesawat Adam Air berhasil ditemukan". Mengapa setiap kali menulis kalimat seperti itu wartawan selalu menyisipkan kata "berhasil"?
Guru saya di kampung mengajari saya mengenai hukum DM, yaitu sesuatu yang Diterangkan selalu terletak di depan kata yang Menerangkan. Hukum DM itu berlaku baik dalam frasa maupun dalam kalimat.
Lantas, kata "berhasil" dalam kalimat judul itu menerangkan apa? Mungkinkah serpihan pesawat itu berhasil?
Beberapa bulan sebelum peristiwa kecelakaan itu, pesawat Adam Air juga pernah "hilang" karena alat navigasinya dikabarkan rusak (mati total). Pesawat yang berangkat dari Jakarta menuju Makasar itu kemudian dinyatakan "menghilang" padahal sebenarnya "hilang" sebab kehilangan arah, kesasar.
Pilotnya beruntung dapat mendaratkan pesawatnya di bandara kecil yang tidak pernah dia kenal sebelumnya). Pesawat itu belakangan diketahui telah berada di bandara Tambolaka di Kabupaten Sumba Barat, di Pulau Sumba NTT. Semua penumpangnya selamat meskipun
petugas di bandara itu sempat dibuat bengong.
Awal Januari 2007
I. Umbu Rey
Sabtu, 02 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar