Jumat, 08 Februari 2008

Dongkrak

Domakracht (mudah-mudahan begitulah tulisannya) adalah omongannya orang-orang Belanda. Itu perkakas oto atau mobil. Gunanya untuk mengungkit bodi kendaraan kalau mau pasang ban. Tetapi, karena lidah orang Indonesia pada umumnya tidak bisa ditekuk-tekuk supaya persis seperti Belanda, maka jadilah "dongkrak".

Masyarakat Indonesia di wilayah timur dan khususnya di Nusa Tenggara Timur, tidak mengenal dongkrak. Alat pengungkit mobil itu mereka sebut "doma" saja, yakni dua suku kata pertama dari kata Belanda itu.

Kata dongkrak kalau diterjemahkan menjadi "pengungkit" dalam bahasa Indonesia terasa tidak pas benar sebab terlalu umum. Dongkrak itu pada awalnya digunakan khusus untuk mengungkit kendaraan berat. Lagi pula, dongkrak sudah telanjur merupakan nama benda. Jadi, kalau orang menyebut "dongkrak" maka yang dimaksudkan pastilah alat pengungkit mobil.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga pada halaman 274
mencatat lema "dongkrak" sebagai alat untuk mengumpil atau menaikkan mobil dsb. Itu arti yang utama, sebab alat itu hanya terdapat di dalam bengkel atau diletakkan di dalam mobil dan selalu dibawa ke mana-mana.

Ketika sudah dianggap lazim, maka kata dongkrak pun dipakai di mana-mana dan tidak lagi sekadar nama perkakas oto. Menurut KBBI, dongkrak dapat juga berarti menyanjung-nyanjung atau memuja-muji.
Seorang murid yang pintarnya di bawah standar bisa naik kelas setelah nilai ujiannya ditingkatkan pakai kata "dongkrak". Pak Guru "mendongkrak" nilai ujian muridnya itu.

Kata yang bersinonim dengan "dongkrak" adalah bicu, tuil, dan tuas,
sebab alat-alat ini biasa digunakan juga untuk mengungkit. Tetapi
nasib ketiga kata itu tidak terlalu beruntung sebab tidak dikenal orang. Sebagai pengganti kata "tuas", misalnya, orang lebih suka menyebut "tongkat" pemindah gigi mobil untuk menaikkan kecepatan.

Dongkrak tampaknya menjadi sangat tenar sebab saban hari orang menyebut kata itu. Sekarang ini, dongkrak bahkan tidak lagi melulu ada di bengkel atau di dalam mobil. Di warung-warung makan pinggir jalan atau di restoran pun dengan mudah dongkrak itu bisa ditemukan.

Dongkrak yang ada di rumah-rumah makan bukan lagi pengungkit yang terbuat dari besi baja, tetapi merupakan potongan bambu yang diraut kecil-kecil dan ujungnya runcing seperti jarum. Nama aslinya "tusuk gigi", tetapi sekarang sudah disebut dongkrak juga. Gunanya untuk mengungkit remah nasi atau daging yang terselip di celah-celah gigi.

Kata dongkrak dapat dipakai di semua bidang kehidupan, tetapi masih tetap dengan makna "ungkit". Di bidang politik, PDIP akan berusaha untuk "mendongkrak" jumlah suara pada pemilu 2009 agar dapat mengungguli partai lain.

Berhubung dongkrak itu adalah alat yang bisa naik dan turun, maknanya bisa pula membias ke arah yang lain. Jari kelingking atau telunjuk mungkin sekali dapat berubah menjadi dongkrak jika dipakai untuk
mengungkit upil. Jadi, mengupil bisa juga berarti mendongkrak.

Waktu grup lawak Dono, Kasino, dan Indro masih berjaya pada awal
tahun 1980-an, dongkrak telah dipelesetkan menjadi alat kelamin lelaki. Sebab kalau kena rangsangan bisa naik dan tegak seperti dongkrak.

I. Umbu Rey

Tidak ada komentar: