Jumat, 08 Februari 2008

Reruntuhan pesawat

Hari ini (2/10/06) media massa di Tanah Air memberitakan peristiwa pesawat terbang komersial Brasil 73-800 bernama Gol yang jatuh di hutan rimba Amazon. Badan pesawat yang nahas itu disebut "reruntuhan".

Entah mengapa pesawat yang jatuh itu disebut "reruntuhan", tak jelas benar riwayatnya. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengatakan "reruntuhan" berasal dari lema "runtuh" yang berarti roboh atau rusak dsb (tt bangunan); jatuh ke bawah atau terban krn rusak (tt barang yang berat-berat).

Dari kata "runtuh" itu turun kata reruntuhan yang berarti runtuhan barang yang telah roboh, sisa-sisa bangunan yang rusak, puing, runtuhan-runtuhan.

Sejalan dengan itu juga dalam bahasa Indonesia dikenal juga kata "rerumputan" (rumput yang tumbuh tidak teratur di sana sini), "pepohonan" (pohon-pohonan), dan "dedaunan" (berbagai macam daun, daun-daunan).

Mungkin karena hendak beranalogi (sebab ada kemiripan bunyi rer--an, pep--an, dan ded--an pada kata runtuh, pohon, dan daun) Ebiet G Ade pada tahun 1970-an menciptakan kata "bebatuan".

Dalam alunan nada sedih yang menyentuh kalbu, Ebit menulis lagu berjudul Berita Kepada Kawan. Dengarkan sebagian liriknya:

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku, kawan
Banyak cerita yang mestinya kausaksikan
Di tanah kering "bebatuan"

Kata "bebatuan" pada lirik lagu itu mungkin sekali terucap begitu saja karena kreativitas Ebiet. Pada halaman 113 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ada kata "batu", dan dari lema itu turun kata "berbatu", berbatu-batu" dan "berbatuan" (penuh dengan batu). Tetapi, tidak ada kata "bebatuan".

Tentu saja tidak ada orang yang berhak menyalahkan Ebiet untuk mengucapkan kata "bebatuan". Soalnya, ada reruntuhan, ada pepohonan, dan ada pula dedaunan, dan karena itu boleh-boleh saja Ebiet mengucapkan "bebatuan".

Tetapi, pesawat yang jatuh itu disebut "reruntuhan" terasa agak ganjil, sebab Gol itu bukan bangunan (gedung, rumah) yang bisa runtuh atau roboh karena gempa bumi.

Bejo yang jatuh dari pohon mangga, remuk tubuhnya karena terempas dahan dan ranting dan jatuh ke tanah. Tetapi, badan Bejo yang remuk itu tidak pernah kita sebut "reruntuhan".

Rumah atau gedung yang diterjang angin topan roboh atau runtuh bukan karena dia jatuh dari atas, seperti halnya pesawat terbang. Maka bangunan yang nahas itu kita sebut "reruntuhan". Demikian pula tanah yang longsor mestinya dapat disebut "lelongsoran".

Pesawat terbang Gol milik Brasil itu tidak runtuh atau roboh. Dia jatuh dari langit dan terempas di hutan rimba Amazon. Karena itu, badan pesawat yang nahas itu mestinya disebut "jejatuhan".

Kata "jejatuhan" itu memang tidak ada dalam kamus KBBI, sama seperti "bebatuan" itu juga tidak ada dalam kamus. Tetapi setiap kali ada bencana, lagu Ebiet selalu dinyanyikan orang di mana-mana, dan "bebatuan" itu pun diucapkan berulang-ulang.

Akhir-akhir ini orang sudah mulai menggunakan kata "jejaring(an)" dari kata "jaring". Mungkin maksudnya banyak jaring. jaring-jaring atau berjaring-jaring.

I. Umbu Rey

Tidak ada komentar: