Minggu, 29 November 2009

Investasi

Investasi. Apakah ini kata dari bahasa Belanda? Saya tidak tahu, soalnya dalam bahasa Inggris juga tidak saya temukan kata "investation" atau 'investasion" . Saya periksa Kamus Webster's Third New International Dictionary yang tebalnya minta ampun, tetapi tidak saya temukan juga kata itu.

Dalam Kamus Webster (bahasa Inggris) itu hanya ada kata "investment" yang kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan penanaman uang/modal. Lha, kenapa kata itu kok terserap jadi "investasi"?

Ini sebenarnya masalah lama atau "zadul". Sebelum KBBI edisi ketiga muncul, kata "investasi" ini sudah dibahas juga di Kantor Berita Antara bersama Prof Dr Anton M Moeliono. Tetapi, tetap saja kata itu tertera, lantaran mungkin, kamus ini hanya merekam ucapan yang sudah lazim terucap dalam masyarakat.

Biasanya kita menyerap kata Inggris yang berakhir dengan "sion" dan "tion" itu menjadi "isasi, sasi, atau si: ke dalam bahasa Indonesia. Demikian pula semua kata berakhiran "ment" yang kita serap dari bahasa Inggris akan menjadi "men" dalam bahasa Indonesia.

Ini contohnya:

communication --> komunikasi
adminstration --> administrasi
depression --> depresi
television --> televisi
dst

Lalu:

management --> manajemen
parliament --> parlemen
department --> departemen
compartment --> kompartemen
amendment --> amendemen
commitment --> komitmen

Seturut dengan itu, maka kata "investment" seharusnya kita serap menjadi "invesmen". Mengapa kok jadi "investasi"? Soalnya anggota milis ini nggak satu pun berani bilang "invesmen" dan kebanyakan malu-malu menerjemahkan kata itu dengan penanaman modal.

Padahal, sebuah lembaga di bawah Departemen Keuangan bernama BKPM, singkatan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan bukan Badan Koordinasi Investasi (BKI). Jadi, daripada menggunakan "investasi" mengapa tidak kita gunakan saja "penanaman modal".

KBBI Pusba yang baru terbit ternyata tidak juga mencatat "invesmen". Kamus ini tetap konsisten dengan investasi. Barangkali ini sebuah pengecualian, tetapi saya menggugat karena tidak sejalan dengan proses penyerapan kata sebagaimana lazimnya.


Umbu Rey

Idulfitiri jatuh pada hari H

Menurut kalender resmi tahun Masehi, hari Idulfitri tahun 2008 jatuh pada hari Rabu 1 Oktober 2008 . Pada kenyataannya tidak ditulis demikian lantaran para pejabat berwenang dan para wartawan justru terbiasa menuliskan Idulfitri itu jatuh pada hari H.

Dalam kalender nasional nama hari yang kita kenal adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Cuma ada tujuh hari, dan tidak ada hari H.

Entah mengapa disebut hari H, saya tidak paham benar. Setelah tanya sana tanya sini, saya mendapat jawaban bahwa hari H itu ada lantaran orang atau pejabat dan wartawan suka latah. Konon, hari H itu muncul sebagai terjemahan D-Day dalam bahasa Inggris.

Arti huruf D dalam D-Day itu tidak ada yang pasti. Kamus Wikipedia mengatakan D-Day dapat juga berarti Day of Days. Istilah ini semula hanya digunakan di kalangan militer saja. Mungkin itu sebabnya D-Day lalu diterjemahkan menjadi Hari H. Cuma, istilah militer itu lalu dipakai juga untuk hari keagamaan, jadi ganjil juga rasanya.

Kebetulan sekali --mohon maaf sekali-- Idullfitri tahun 2008 jatuh pada 1 Oktober (jika ditetapkan demikian) bersamaan dengan peristiwa kudeta berdarah tahun 1965 yang dilakukan oleh PKI pimpinan Aidit. Tanggal 1 Oktober 1965 itu adalah D-Day penculikan tujuh jenderal oleh PKI, dan karena itu disebut Gestok atau Gerakan Satu Oktober. Tetapi, pemerintah Orde Baru pimpinan Soeharto menyebut D-Day PKI terjadi pada 30 September dan karena itu disebut G-30 S/PKI atau Gerakan 30 September.

Ada sebagian orang yang mengatakan D- adalah singkatan dari kata (Inggris) Decision. Jadi, D-Day adalah hari penentuan atau hari yang ditetapkan. Kalau demikian, huruf H dalam hari H itu singkatan dari kata apa? Ya, sudahlah, biarkanlah begitu.

Yang menjadi masalah kemudian adalah, apakah hari H itu cuma sehari, ataukah dua hari karena Idulfitri ditetapkan jatuh pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2008. Tahun yang lalu (2007) dalam milis ini pernah juga disinggung secara singkat perkara hari H itu lantaran penggunaannya terserah pada yang menyebutnya. Jadi, mana suka sajalah. Yang bingung orang yang baca.

Kantor Berita Antara cenderung mengatakan hari H itu adalah tanggal 1 dan 2 Oktober. Jadi, H-1 (baca: Ha min satu) adalah "satu hari sebelum" tanggal 1 Oktober, dan H+1 (baca; Ha plus satu) adalah adalah "satu hari setelah" tanggal 2 Oktober.

Mengapa begitu, karena tidak ada ketentuan yang menetapkan bahwa hari H itu cuma sehari di lembaga ini. Artinya, boleh dua hari dan boleh juga tiga hari. Nah, yang bikin pusing, hari Idulfitri itu menurut ketentuan agama ada berapa harikah?

Jika Idulfitri itu jatuh pada hari Rabu 1 Oktober (tahun Masehi) maka hari dan tanggal itulah yang disebut hari H, dan karena itu Kamis 2 Oktober merupakan masa libur tambahan.
Menurut saya, agaknya ada salah pengertian mengenai hari H yang merupakan hari yang ditetapkan, dan hari H yang merupakan masa Lebaran atau liburan Idulfitri.

Umbu Rey

Matahari dan beasiswa

Dulu ketika masih Sekolah Rakyat (SR), seingat saya kata "matahari" itu ditulis terpisah lantaran terdiri atas dua kata yakni "mata" dan "hari" sebagaimana kita menulis mata air, mata hati, mata pisau, mata kaki, dan mata rantai.

Sekarang ini "mata hari" (tercatat dalam kamus KBBI edisi ketiga) sudah menjadi lema sendiri dan penulisannya diserangkaikan menjadi "matahari", tetapi mata air, mata kaki, mata hati, mata pisau, dan mata rantai tetap saja dipisahkan penulisannya sampai sekarang.

Dua kata yang digabungkan itu terbentuk dari dua lema yang berlainan arti tetapi kemudian menghasilkan sebuah pengertian baru. Mungkin itulah yang disebut gabungan kata, tetapi saya tidak tahu persis.

Ada dua kata lain yang usianya lebih muda daripada mata air dan mata kaki, tetapi entah sejak kapan sudah ditulis serangkai seperti kita menulis "matahari". Yang saya maksudkan adalah kata "bea" dan "siswa". Dalam KBBI edisi ketiga saya temukan kata ini sudah menjadi lema sendiri menjadi "beasiswa" dan dianggap satu kata saja, tetapi bea cukai dan bea meterai tetap ditulis terpisah.

Saya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk meneliti mengapa "matahari" dan "beasiswa" itu ditulis serangkai. Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) hal mengenai proses penyerangkaian kata gabungan tidak saya temukan penjelasannya.

Setelah berpikir cukup lama sampai hampir pusing, akhirnya saya menemukan alasannya menurut rekaan saya sendiri. Kata "matahari" diserangkaikan penulisannya mungkin sekali karena alasan berikut:

(1) matahari sudah merupakan sebuah nama benda, dan
(2) matahari adalah benda yang di dunia ini cuma ada satu, atau dengan perkataan lain, tidak dapat dijumlahkan dengan pengulangan kata-katanya.
(3) karena dianggap satu kata menurut konsensus umum

Mata hari tidak dapat kita jumlahkan dengan proses pengulangan kata-katanya seperti kita menyebut "mata-mata hari" lantaran penjumlahan itu tidak akan menghasilkan mata hari yang lebih dari satu. Karena itu, nama sang surya itu kita tulis serangkai saja menjadi "matahari".

Tetapi,

Mata air, mata pisau, mata kaki, dan mata rantai adalah istilah atau sebutan (dan bukan nama benda) yang tiap-tiap kata dalam kata gabungan itu dapat kita jumlahkan dengan proses pengulangan kata awalnya sehingga menghasilkan jumlah yang lebih dari satu.

Kita dapat mengatakan mata-mata air, mata-mata kaki, mata-mata pisau, dan mata-mata rantai untuk menyatakannya lebih dari satu jumlahnya (banyak).

Sehubungan dengan butir (1) dan (2) di atas, maka saya menarik kesimpulan bahwa kata gabungan "kerja sama" dan "sepak bola" haruslah kita tulis serangkai menjadi "kerjasama" dan "sepakbola". Dua kata ini tidak dapat kita jumlahkan sebab sudah merupakan nama dan tidak dapat dijumlahkan. Bandingkan dengan kata "olahraga" yang telah ditulis dalam KBBI edisi ketiga menjadi satu kata saja.

Ada banyak kerjasama di bidang ekonomi atau di bidang politik antarnegara, misalnya, tetapi kata "kerjasama" itu tetaplah satu. Kita tidak lazim mengatakan kerja-kerja sama di bidang ekonomi.

Sejalan dengan itu, sepakbola itu pun di dunia ini adalah nama sebuah permainan di lapangan hijau dengan dua tim yang masing-masing terdiri atas 11 pemain yang saling berhadapan dan mengejar-ngejar bola untuk dimasukkan ke gawang lawan. Kita juga tidak lazim mengatakan "sepak-sepak bola", lantaran permainan itu hanya ada satu saja. Karena itulah permainan itu mestinya kita serangkaikan penulisannya menjadi "sepakbola" saja. Kata itu adalah terjemahan dari bahasa Inggris "football" (satu kata saja).

Yang mengherankan saya, mengapa KBBI menganggap istilah "beasiswa" itu sebuah lema yang penulisannya diserangkaikan pula padahal kata itu adalah gabungan kata "bea" dan "siswa" yang tiap-tiap katanya dapat kita jumlahkan menjadi bea-bea siswa.

Bukankah kata bea siswa itu sama dan serupa dengan bentuk gabungan kata yang lain seperti "beha siswi"? Mungkin belum dianggap gabungan kata.

Umbu Rey

Minggu, 08 November 2009

Setengah mati

Setengah mati bukan arti sesungguhnya. Sebetulnya maksudnya pingsan atau susah sekali, dan dapat juga berarti sangat, amat, nian, terlalu. Menderita setengah mati artinya sangat susah, tetapi cinta setengah mati artinya sangat sayang. Titiek Puspa bilang begitu.

Orang yang kena "stroke" setengah badan mati, setengahnya lagi hidup, tetapi yang mati itu cuma tidak bisa bergerak saja, tidak mati sesungguhnya. Yang begini ini bukan setengah mati. Lumpuh itu namanya.

KBBI rupanya tidak mencatat kata yang populer ini. Yang ada, setengah baya, atau setengah umur, dan setengah tiang. Yang berikut ini sebenarnya setengah gila atau setengah waras, tetapi bikin kita tersenyum juga:

1. Tidur dengan wanita cantik : bangga setengah mati
2. Tidur dengan wanita PSK : mahal setengah mati
3. Tidur dengan wanita jelek : setres setengah mati
4. Tidur dengan wanita hiperaktif : capeknya setengah mati
5. Tidur dengan pacar/istri tetangga : nafsu setengah mati
6. Tidur dengan istri sendiri : mending pura-pura mati
7. Tidur dengan istri tentara/polisi : sudah pasti mati!!!!

(Dari milis tetangga)

Umbu Rey