Selasa, 15 April 2008

Seperti Apa?

Para wartawan pembuat berita biasanya akan memaparkan suatu kisah atau peristiwa berdasarkan jawaban terhadap lima pertanyaan, yakni APA, SIAPA, DI MANA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA.

Pertanyaan BAGAIMANA, menurut pengamatan saya, hampir tidak lagi atau jarang sekali diucapkan orang, dan sebagai gantinya orang sangat kerap mengajukan pertanyaan SEPERTI APA.

Hampir pada setiap kesempatan, apakah dalam suatu acara forum diskusi atau wawancara di layar televisi atau radio, pertanyaan SEPERTI APA selalu terucapkan. Kadang-kadang kedengarannya tidak logis, tetapi karena kebisaan, orang yang ditanya lancar-lancar saja menjawab.

Ketika pertanyaan BAGAIMANA dilontarkan, si penanya sebenarnya menghendaki agar orang yang ditanya dapat menggambarkan suatu peristiwa yang dialaminya atau menganalisa atau menerangkan pendapatnya mengenai suatu kejadian dan akibatnya juga.

Orang-orang cerdas pandai (intelektual) akan dengan mudah dan dengan lancar sekali menjawab pertanyaan BAGAIMANA tetapi orang awam di Indonesia, menurut pengamatan saya akan sulit sekali menjawab pertanyaan BAGAIMANA. Kebanyakan akan tampak tergagap-gagap seperti orang gagu ketika menjawab pertanyaan itu.

Orang bule (asing) yang kepadanya ditanyakan mengenai HOW atau BAGAIMANA-nya suatu peristiwa atau pendapatnya, akan tampak betapa lancar dia menjawab. Coba perhatikan wawancara wartawan dengan orang awam (Indonesia) di televisi atau radio. Kita akan jelas mendengar atau melihat betapa gagap orang yang ditanya itu.

Apa hambatannya, saya belum berani mengatakan soal intelektualitas yang rendah, tetapi kenyataannya seorang Indonesia biasanya mesti dituntun dengan memberi contoh atau gambaran lain yang serupa dengan itu. Itu mungkin sebabnya maka pertanyaan SEPERTI APA selalu diajukan untuk menggantikan BAGAIMANA.

Perhatikan penyiar radio atau televisi ketika bertanya mengenai peristiwa seperti ini:

"Pak, bisa Anda ceritakan peristiwa tenggelam kapal itu SEPERTI APA?"
"Pada waktu peristiwa itu terajdi tinggi gelombang laut SEPERTI APA?"
"Bisa diceritakan ketika kapal itu tenggelam, cuaca laut SEPERTI APA?"
"Bom ikan yang meledak itu SEPERTI APA?"
"Pak, kebakaran itu SEPERTI APA?"
"Bisa ceritakan SEPERTI APA rusaknya?"
"Kalau nilai uang rupiah turun, ekonomi kita secara umum tentu akan terganggu. Pendapat Bapak SEPERTI APA?"

Pertanyaan SEPERTI APA tampaknya diajukan agar orang yang ditanya dapat memberikan gambaran sesuatu dengan hal lain yang serupa dengan yang disaksikannya. Jikalau orang ingin mengetahui wajah si Umbu itu SEPERTI APA, maka bolehlah Anda menjawab "seperti monyet" sebab mungkin mirip dengan primata. Semua orang pastilah tahu rupa monyet, tetapi menggambarkan rupa manusia seperti monyet tentu tidak bijaksana, walaupun bentuknya mirip juga.

Lalu, pendapat Bapak SEPERTI APA? Dapatkah Anda menjawab bahwa "pendapat" Bapak itu seperti monyet juga?

Bagaimanakah Anda menggambarkan peristiwa kapal yang tenggelam di Laut Jawa itu SEPERTI APA. Mungkinkah kita menjelaskannya "seperti tengggelamnya kapal Van Der Wijck". Siapa yang bisa menerangkan peristiwa yang hanya ada dalam khayalan HAMKA itu.

Mungkinkah seperti tenggelamnya kapal Tampomas II? Mungkinkah juga seperti kapal Titanic yang tenggelam tahun 1912? Akh, tidak mungkin seperti itu, sebab peristiwa dan penyebab tenggelamnya dua kapal itu pun berbeda. Tampo Mas II tenggelam karena kelebihan muatan dan terbakar di perairan Masalembo, dan Titanic tenggelam karena menabrak gunung es. Jelas, kapal yang tenggelam di Laut Jawa itu pastilah bukan seperti itu.

Suatu peristiwa yang sesungguhnya, hanya mungkin dijawab dengan pertanyaan BAGAIMANA, sebab orang yang ditanya dan menjadi korban itu harus menjelaskan kejadian itu menurut apa yang dialaminya, apa yang dilihatnya dan apa yang dirasakannya. Si korban tidak mungkin diarahkan untuk menjawab kejadian itu "seperti tenggelamnya Titanic". Lha, waktu itu nenek moyangnya si korban saja belum lahir. Jadi bagaimana mungkin dia bisa mengalami hal yang sama dengan tenggelamnya kapal Titanic?

Lalu, SEPERTI APA tinggi gelombang laut? Apa mungkin seperti tiang listrik atau pohon kelapa? Dan lagi, SEPERTI APA cuaca di laut, dan SEPERTI APA kapal itu ketika gelombang mengamuk? Mana mungkin Anda menjawab, "Seperti bahtera nabi Nuh!" Itu dongeng yang dikarang oleh Nabi Musa dalam kitab Taurat.

Umbu Rey

Tidak ada komentar: