Rabu, 02 April 2008

Lengkap

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia ) edisi ketiga mengartikan "lengkap" adalah tidak ada
kurangnya, genap. Lengkap juga berarti tersedia segala-galanya. Tetapi seberapa banyakkah wartawan Antara yang mengerti persoalan lengkap ini?

Lengkap dalam arti leksikal tersebut tentu saja berlaku juga dalam karya jurnalistik. Ketika Anda menuliskan suatu peristiwa di atas kertas menurut kesaksian Anda maka yang dituntut oleh pembaca adalah kelengkapan beritanya.

Kelengkapan adalah perihal lengkap, genap, dan komplet. Maka segala sesuatu mengenai peristiwa yang Anda tuliskan haruslah tersedia segalanya. Jika tidak demikian, maka pembaca akan bingung, dan mungkin sekali akan bengong kesinting-sintingan lantaran berita Anda tak memberikan kepada mereka suatu peristiwa yang lengkap.

Berita tanpa kelengkapan sama seperti makanan zonder garam. Hambar. Tidak lengkap hidangan di meja makan, istri pun jadi sasaran amukan emosi. Gara-gara hidangan tak lengkap, kadang-kadang perangkat makan pun berubah menjadi "unidentified flying object" (UFO) alias piring terbang. Ruang makan jadi berantakan.

Lengkap yang begini tentu saja didasarkan atas kesepakatan menu makanan keluarga. Orang bilang, empat sehat lima sempurna. Lengkaplah suatu hidangan jika di meja ada sepiring nasi, semangkuk sayur, sebutir telur atau tempe sepotong, buah dan air segelas. Kurang dari ketentuan itu disebut tidak lengkap, dan lebih dari itu disebut semrawut.

Hal ketentuan atau kesepakatan itu pun berlaku dalam hidangan berita. Ada judul, ada baris tanggal, ada teras (lead), ada tubuh berita. Lalu, ada pula tubuh berita yang menceritakan fakta peristiwa atau pendapat. Isi berita itu dijabarkan menurut rumusan 5W + 1 H, lalu ditambahkan latar belakang peristiwa, dan penutup berita, tak lupa ada nama atau kode penulisnya.

Lantaran itu, dapatlah saya tambahkan sebuah difinisi baru, bahwa berita yang lengkap adalah "cukuplah demikian, menurut kesepakatan". Kurang dari itu harus dilengkapi dan lebih dari itu adalah mubazir.

Dalam hal berita yang bersifat mendesak atau sangat mendesak tentu saja ada kesepakatan pengecualian. Persoalan "kecuali" itu bukan mencla-mencle, tetapi demikianlah ketentuan menurut kemauan pembaca juga. Bukankah mereka perlu cepat, sebab bumi ini pun berputar cepat, sampai-sampai makanan pun perlu cepat saji?

Berita apakah yang perlu cepat? Bacalah pedoman langgam, di situ telah ada ketentuan. Dalam hal peristiwa sangat mendesak, Anda dibenarkan mengirimkan berita secepat kilat tanpa perlu kelengkapan. Bahkan dalam peristiwa sangat penting maka sebuah frasa atau dua potong kata pun sudah boleh disiarkan menjadi berita. Tetapi, segera setelah itu berita yang lengkap pun harus menyusul.

Anda sering mendengar orang keinggris-inggrisan yang omong asal bunyi "round-up". Mengapa tidak menggunakan bahasa Indonesia saja? Round-up itu Inggris yang kurang lebih berarti melengkapi, atau mengumpulkan.

Jadi, apa salahnya menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Kantor berita ini sudah dari dulu menggunakan kata "pumpunan" tetapi tak seorang pun wartawan mengerti apa arti kata itu. Bukankah pumpunan itu adalah hasil dari pekerjaan memumpun atau menghimpun, atau mengumpulkan atau melengkapi?

Yang harus diingat, cepat itu bukan singkat dan bukan pula kata-kata yang disingkat-singkatkan sehingga menjadi singkatan. Sebab kalau itu yang Anda lakukan pembaca akan kebingungan, dan saya khawatir, hidangan berita kita pun akan ditinggalkan pelanggan. Kita yang rugi.

Dengarkan lagu Bimbo yang dinyanyikan pada awal tahun 1970-an:

Sekarang zaman sedang demam singkat
di jalan motor mobil adu cepat
manusia ingin kaya cara kilat
yang goblok dan blo'on pun meningkat.

Terserah Anda sekarang. Mau lengkap atau mau main singkatan dan menjadi
orang goblok dan blo'on. Hei, ini memang cuma persoalan kecil, tetapi ini masalah penting dalam
pemberitaan. Lalu, kenapa berita tidak dibikin lengkap menurut kesepakatan dan ketentuan yang saya sebutkan di atas.

Sayangnya, seringkali wartawan Antara membuat berita terlalu panjang, dan dikiranya supaya lengkap. Padahal, berita itu disusunnya dengan kalimat yang dipanjang-panjangkan sehingga mubazir. Karena kecapaian menulis yang terlalu panjang, maka dibuatlah singkatan-singkatan terlalu banyak menurut maunya sendiri. Akbatnya, penyunting bingung dan pembaca pun jadi blo'on. Maka para penyunting di Redaksi Inggris sering berolok-olok, atau memperolok-olokkan berita yang dibuat oleh pewarta, "Hei, Umbu..., ini berita apa novel?"

Adakah ketentuan kelengkapan berita ini pada kantor berita Antara?" Tidak ada, dan inilah susahnya. Anda tidak percaya? Cobalah simak moto berita kita: Cepat, Akurat, Penting.
Lalu.., mana lengkapnya?

Misi pemberitaan Antara sejak zaman dulu (yang saya tahu) adalah:

1. Memberikan masukan kepada pelanggan. Masukan itu adalah berita mutakhir atau berita terbaru yang belum diketahui oleh para pelanggan. Dengan begitu, mereka dapat mengerahkan wartawannya sendiri untuk liputan selanjutnya. Itu sebabnya berita itu haruslah disajikan dengan CEPAT.

2. Berita yang kita sajikan digunakan pelanggan sebagai tolok banding atau tolok ukur. Para pelanggan atau pembaca biasanya ingin mengetahui kebenaran dan ketepatan berita yang tersaji oleh liputan wartawan mereka sendiri atau dengan berita koran yang lain dibandingkan dengan berita Antara. Itu sebabnya berita Antara harus AKURAT.

3. Berita yang disajikan Antara dibuat untuk dikutip oleh surat kabar pelanggan sebagian atau secara keseluruhan. Itu sebabnya berita Antara harus LENGKAP.

Dari tiga butir misi pemberitaan yang PENTING di atas, maka moto Antara seharusnya CEPAT, AKURAT, LENGKAP.

Kata "penting" dalam moto yang kini berlaku sekarang sebenarnya berlebihan atau mubazir. Kenapa, sebenarnya dalam kata "berita" yang kita buat sudah terkandung pengertian penting itu. Maka buatlah berita yang lengkap supaya bermakna bagi pembaca dan pelanggan kita.

(tulisan ini sudah dimuat dalam milis Antara untuk maksud klinik editorial)

Umbu Rey

Tidak ada komentar: