Saudara sekalian pastilah mengerti kalau saya berkata, "Mari". Itu kata seru yang menyatakan ajakan, ayo. Begitu kata kamus KBBI edisi ketiga. Selain itu ada pula dalam bahasa Indonesia kata "kemari".
Ini sebuah kata, yang bukan terdiri atas "ke" dan "mari". Maknanya pun sama, yaitu sebagai penunjuk tempat yang serupa dengan "ke sini". Yang beda, "kemari" satu kata dan "ke sini" dua kata.
Jikalau merujuk pada dialek Jakarta, kata "kemari" mestinya ditulis dengan dua kata, "ke" dan "mari". Kata itu menunjukkan keterangan tempat atau ajakan yang berarti "datanglah ke sini". Mungkin ini cuma sebuah dialek, dan karena itu KBBI tidak atau lupa mencatat.
Padahal kata-kata dari dialek Jakarta seperti "memble" dan "kece" pun sudah tercatat. Demikian juga kata-kata yang diucapkan oleh warga Glodok Jakarta Kota sudah masuk dalam KBBI, misalnya "ceban" yang artinya sepuluh ribu.
Saya usul, "kemari" itu mesti ditulis secara terpisah pula (jangan diserangkaikan). Jadi, mestinya kita menulis "ke mari". Soalnya, dalam percakapan sehari-hari, yang juga sudah sangat kerap diucapkan dalam percakapan di tayangan sinetron, orang Betawi selalu berkata dengan suara lantang, "Gue cari lu ke mane-mane, eh...ternyata elu ada di mari!"
Kata "di mari" itu tentu saja berarati "ada di sini". Karena itu "kemari" pun harus pula dipisahkan penulisannya.
Ada kata: di sana--> di sini; ke sana --> ke sini. Mestinya ada ke sana --> ke mari, dan ada di sini --> ada pula di mari.
Umbu Rey
Selasa, 08 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar