Selasa, 08 April 2008

Para pelanggan yang terhormat

Bagi saya, naik kapal terbang zaman dulu sama saja dengan sekarang. Yang beda, cara pramugari menyapa penumpangnya. Dulu, sebelum kapal terbang itu lepas landas, pramugarinya selalu minta perhatian dan berkata, "Para PENUMPANG yang terhormat, sesuai dengan perarturan, kami harus memeragakan. ...dst".

Sekarang ini sudah lain. Waktu pesawat mau terbang, pramugarinya pasti bilang, "Para PELANGGAN yang terhormat,.. .dst." Saya pikir, pramugari tampaknya tidak mau kalah bersaing dengan sopir angkot dan bus-kota di Jakarta dalam menggunakan istilah.

Sopir dan kernet sekarang tidak mau lagi menggunakan kata PENUMPANG lantaran ada kesan bahwa yang "numpang" itu biasanya tidak membayar ongkos. Itu sebabnya setiap kali mereka melihat ada orang yang berdiri di jalan, si kernet lantas berteriak, "Stop, tunggu, tunggu...ada SEWA mau naik!" Yang dimaksudkan dengan SEWA tentu saja adalah PENUMPANG itu.

Lalu, mengapa disebut SEWA? Kalau para sopir menghendaki agar semua orang yang naik angkot atau bus itu harus membayar ongkos, mengapa para penumpang itu tidak mereka sebut ONGKOS? Mestinya si kernet bilang "Hei, Pir, tunggu. Ada ONGKOS mau naik!" Tetapi, itulah bibirnya sopir dan kernet angkot. Kadang-kadang dia mengucapkan sesuatu tanpa perintah otak. Asal "nyebut" doang.

Tetapi, kalau sekarang ini para pramugari mengganti istilah PENUMPANG dengan PELANGGAN, maka tersirat perngertian bahwa kernet dan pramugari itu tak ada bedanya dalam hal pernalaran. PENUMPANG adalah orang yang (pada umumnya) naik kapal, angkot, bus, atau kereta api, sedangkan PELANGGAN adalah orang membeli barang atau menggunakan jasa secara tetap.

Mengapa pramugari kapal terbang itu menyebut penumpangnya para PELANGGAN? Padahal, sepengetahuan saya, orang yang berada di dalamnya belum tentu (dan tidak selamanya) penumpang tetap. Kalau pulang kampung, kadang-kadang saya menggunakan jasa Lion Air, dan kadang-kadang Batavia Air, Sriwijaya Air dan atau Merpati. Sering juga saya menggunakan jasa kapal laut kalau sedang "bokek" kagak punya doku.

Ketika saya pulang kampung bulan yang lalu, sungguh saya merasa dilecehkan oleh pramugari kapal terbang Merpati dan Srwijaya Air. Soalnya, mereka menyapa para penumpang asing dengan bahasa Inggris yang sopan, "Ladies and Gentlemen,.. ."Tetapi dalam bahasa Indonesia mereka sapa penumpang dengan menyebut 'Para PELANGGAN yang terhormat". Mengapa mereka tidak menyebut penumpang Indonesia dengan sapaan "Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang terhormat". Atau, "Tuan dan Puan-puan yang terhormat!"

Para pramugari itu memang kurangajar semua!

Umbu Rey

Tidak ada komentar: