Tanggal 21 Maret tahun 2008 adalah hari JUMAT AGUNG. Itu adalah hari peringatan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Mengapa harus mati di kayu salib? Itu urusan orang beragama Kristen. Saya tidak tahu. Hari Minggu 23 Maret adalah hari Paskah. Tetapi, dari cerita kitab suci orang Kristen itulah awal mulanya saya mengetahui kata SALIB.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) "salib" adalah dua batang kayu yg bersilang; 2 Kris, kayu bersilang tempat Yesus dihukum orang Yahudi; 3 tanda silang; 4 Kat syarat dng tangan yg menggambarkan tanda silang sbg pengungkapan doa: sebelum berdoa ia membuat tanda -- dng menggerakkan tangan dr dahi ke dada dan dr pangkal lengan kiri ke pangkal lengan kanan;
Me•nya•lib v menghukum mati pd kayu salib (tangan dan kaki orang yg dihukum direntangkan dng dipakukan pd kayu salib): pd zaman dahulu penguasa di Eropa - budak-budaknya yg bersalah;
Me•nya•lib•kan v menyalib;
Pe•nya•lib n orang yg menyalib;
Pada pokoknya SALIB itu adalah kayu yang bersilang. Sebelum itu saya cuma mengenal kayu palang yaitu kayu yang dipasang memalang untuk mengunci pintu dari dalam rumah, Namanya palang pintu. Kayu ini bisa digunakan juga untuk maksud yang lain, yaitu untuk menggebuk suami yang suka pulang larut malam karena keseringan main judi.
Salib sebenarnya kayu palang juga, yaitu kayu yang dipasang bersilang dengan kayu yang tegak lurus, dan sebab itu dua kayu menjadi bersilangan dan disebut “kayu salib”. Itu adalah alat pada zaman Romawi untuk menghukum orang yang dianggap bersalah. Kayu salib itu didirikan di bukit Golgota yang disebut orang tempat tengkorak, dan di situlah Yesus Kristus digantung sampai mati sebab Dia dianggap atau dituduh sebagai orang yang bersalah oleh orang Yahudi.
Di dalam Gereja Kristen pada umumnya, salib itu digambarkan sebagai simbol iman. Kayu yang tegak adalah simbol kasih kepada Tuhan, dan kayu silang mendatar adalah simbol kasih sesama manusia. Itulah hukum utama dan terutama dalam Injil yang disebut hukum cinta kasih. Dalam kedua hukum kasih itulah semua kisah dalam Injil itu digenapkan. Itulah pula sebabnya seorang Kristen yang diangkat sumpahnya selalu harus mengangkat dua jari.
Tetapi dalam agama Katolik, seorang yang mengangkat sumpah biasanya mengangkat tiga jari ke atas, mungkin diambil dari pengertian Trinitas, atau mungkin juga dari Kitab Injil (1 Korintus 13:13) bahwa hanya ada tiga yang utama yaitu Iman, Kasih, dan Pengharapan, dan yang terbesar dari ketiganya itu adalah Kasih.
Organisasi kemanusiaan internasional juga menggunakan simbol tanda salib sebagai lambing pelayanannya. Lambang itu berbentuk salib juga, tetapi orang lazim menyebutnya “palang merah” karena terdiri atas dua palang bersilang berwarna merah. Di Indonesia, disebut Palang Merah Indonesia atau PMI.
Entah sejak kapan, salib meskipun masih dengan pengertian “silang”, dewasa ini sudah dipakai juga di luar Gereja. Dalam percakapan sehari-hari, kata SALIB itu digunakan juga oleh para pengendara atau pengemudi di jalan raya. Tetapi KBBI agaknya mau memisahkan pengertian salib Gereja itu dengan bahasa percakapan. Maka ditulislah kata itu dengan huruf akhir “p” sehingga menjadi SALIP.
SALIP dalam percakapan sehari-hari disebut dalam KBBI adalah sa•lip v cak, me•nya•lip v mendahului (dl perjalanan): tiba-tiba dng kencang ia - kendaraan kami sehingga kendaraannya melaju tidak terkendalikan dan akhirnya terperosok masuk jurang;
ber•sa•lip-sa•lip•an v kejar-mengejar untuk mendahului; dahulu-mendahului; saling mendahului: mereka - terus dl perjalanan.
Pengertian “menyalip” dalam KBBI itu menurut pikiran saya kurang pas meskipun ditulis dengan huruf akhir “p”. Sebenarnya kata salip itu memberikan pengertian memotong jalan dengan menyilang dari kiri atau dari kanan di depan kendaraan orang lain. Tindakan “menyalip” tidak sekadar mendahului (dl perjalanan).
Jikalau ada kendaraan lain “menyalip” atau mendahului kendaraan kami, hampir tidak mungkin kendaraannya melaju tidak terkendalikan dan akhirnya terperosok masuk jurang. Itu hanya bisa terjadi jika sopir dalam keadaan tidak sadarkan diri atau mabuk. Di jalan tol misalnya, kendaraan saling mendahului sudah biasa, tetapi kendaraan yang didahului atau yang mendahului itu tidak pernah terdengar ceritanya terperosok masuk jurang.
Lazimnya kendaraan itu kena celaka jika kendaraan lain “menyalib” atau memotong jalan kendaraan lain dari kiri atau kanan sehingga sopir kendaraan yang disalib atau yang menyalip itu tidak dapat menguasai kemudinya, dan akhirnya (mungkin) terperosok masuk jurang. Peristiwa yang begini ini biasanya tejadi di lintasan balap mobil atau motor.
Bersalip-salipan mungkin mempunyai pengertian kejar-mengejar atau dahulu-mendahului, tetapi haruslah dengan cara menghalangi atau menutup jalan kendaraan lain dengan memotong atau menyilang dari kiri atau dari sisi kanan, tidak sekadar mendahului.
Jadi, bersalip-salipan lebih tepat disebut “zig-zag”, atau berliku-liku atau meliuk-liuk seperti gerak ular yang melata.
Umbu Rey
Sabtu, 15 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar