Senin, 17 Maret 2008

Bau

Ada kecenderungan orang-orang akan menghindar, atau paling tidak, menutup hidungnya dengan kedua telapak tangan kalau menyebut BAU. Ini kata nyaris senantiasa dihubungkan dengan sesuatu yang tidak sedap dan busuk.

Jikalau BAU itu dihubungkan dengan "politik" maka politik itu akan dianggap busuk. "Akh, bicaranya berbau politik," begitu kata orang-orang sebab politik dianggap kotor. Maka politikus itu pun ikut menjadi busuk kalau dia main curang. Karena itu orang bilang "politisi busuk".

Bau kentut mana pula ada yang wangi. Apalagi kalau yang empunya kentut itu punya kebiasan suka makan petai atau jengkol. Saya heran, kenapa buah petai dan jengkol itu selalu dihubungkan dengan bau. Padahal, makan apa saja, kalau ampasnya keluar lewat dubur atau anus pastilah bau.

Bau kentut sangat menyengat hidung kalau keluar dari sumbernya seperti angin berembus sepoi-sepoi bahasa. Bunyinya nyaris tidak terdengar tetapi akibatnya bisa lebih dahsyat daripada kutu busuk. Orang flu paling-paling cuma bersin, tetapi kentut yang bunyinya seperti angin keluar dari ban kempis bisa bikin orang sekamar berteriak-teriak. Soalnya, aromanya menjalar-jalar selalu kian kemari.

Orang yang tidak berpengalaman itu dihubungkan dengan kencur, sebab orang yang disebut bau kecur itu artinya masih anak-anak, atau belum banyak pengalamannya. BAU bunga selalu harum semerbak, tetapi BAU duren atau durian mungkin sedap mungkin juga busuk, tergantung ke hidung siapa bau itu merebak.

Sebenarnya, yang disebut BAU itu adalah apa saja yang ditangkap oleh indra penciuman (KBBI Edisi ketiga hal 115). Karena itu ada bau yang harum dan ada pula bau yang busuk seperti bangkai, anyir atau apak. Untuk menghilangkan BAU apak, lemari mesti ditaburi dengan kapur barus.

Kata BAU jika mendapat awalan "me" dan akhiran "i", maka memBAUi itu mirip-mirp artinya dengan "mencium" atau "mengendus" menurut istilah Melayu Jakarta. Ibu membaui masakannya di dapur artinya ibu sedang mencium bau harum masakan yang telah dibubuhi bumbu penyedap.

Sekarang ini orang-orang lebih suka omong Inggris untuk menyatakan BAU. Maka itu mereka sebut AROMA sebab senantiasa menyatakan harum. Mungkin juga supaya kedengarannya sopan. Tetapi akibatnya, BAU menjadi tergeser sifatnya dan selalu saja dihubungkan dengan yang busuk-busuk.

Ketiak yang berkeringat dan napas yang tidak segar mungkin akan menyinggung perasaan orang kalau kita sebut BAU, apalagi kalau disertai dengan gerakan tutup hidung. Maka lebih baik kita berkata AROMA yang kurang sedap. Lagi pula, kata orang yang berpengalaman, BAU ketiak atau BAU mulut bisa menurunkan libido lelaki meskipun mangsa di depan mata sudah pasrah seratus persen.

Zaman dulu orang suka menyindir dengan peribahasa "jauh berbau bunga dekat berbau tahi" untuk menggambarkan suasana rumah tangga yang suka ribut atau bertengkar jika sanak keluarga berkumpul, tetapi saling merindukan jika mereka tinggal berjauhan.

Tetapi, saya heran kebingung-bingungan ketika suatu saat saya bertanya kepada seorang teman, "Eh, lu sudah dengar nggak berita Dewi Persik bercerai dari suaminya?" Teman saya itu dengan enteng menjawab," Bau akh. Emang gua pikirin!"

Kata "bau akh" dalam kalimat itu dapat berarti (1) beritanya basi, atau (2) tidak peduli, tidak mau menghiraukan, dan (3) mungkin telinga saya salah tangkap sebab yang dimaksud adalah "Tauk akh. Emang gua pikirin?" Artinya, teman saya cuek saja alias masa bodoh.

Walaupun tulisan atau coretan ini saya sajikan dengan gaya yang kurang sedap atau tidak enak dibaca, sesungguhnya dia tidak akan mengeluarkan BAU busuk. Kalau tidak pecaya "Cium saja komputer di depan hidung Anda."

Umbu Rey

Tidak ada komentar: