Jumat, 16 Mei 2008

Pemudik 2 Kali Ditarik Ongkos

Harian Warta Kota hari ini (11/9/07) yang saya baca di Stasiun Kereta Api Bekasi menulis judul besar-besar di halaman muka: PEMUDIK 2 KALI DITARIK ONGKOS. Saya merenung sejenak, mengapa pemudik ditarik ongkos sampai dua kali, ke mana ditarik, dan bagaimana pemudik itu ditarik. Mengapa pemudik itu disamakan saja dengan gerbong kereta api yang ditarik lokomotif?

Menurut KBBI, mudik berarti 1 (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dari Palembang mudik sampai ke Sakayu; 2 cak pulang ke kampung halaman.
Arti yang pertama tidak pernah dihiraukan orang, tetapi arti yang kedua sangat populer terutama di Pulau Jawa lantaran tradisi tahunan menjelang hari raya Idulfitri.

Jadi, apakah artinya PEMUDIK itu? Awalan "pe" dalam tata bahasa Indonesia dapat berarti alat, dan dapat pula berarti orang (yang). Jikalau awalan "pe" itu kita artikan sebagai "orang (yang)" maka PEMUDIK memiliki dua arti. Yang pertama, orang yang pulang kampung dan yang kedua, mungkin pula berarti orang yang memudikkan orang lain ke kampung halamannya masing-masing.

Kalimat pada judul harian Warta Kota itu jelas merupakan kalimat pasif berawalan "di". Jikalau kalimat itu saya ubah menjadi kalimat aktif (transitif) maka judul itu dapat dibaca: ONGKOS MENARIK PEMUDIK 2 KALI.

Ongkos itu apa? Menurut KBBI "ongkos" itu sama persis dengan biaya. Lalu, dapatkah ongkos atau biaya itu (dalam kasus ini) diperlakukan sebagai persona sebab kita kenal istilah personafikasi? Saya pikir, sampai kucing tumbuh tanduk sekalipun, ongkos ya tetaplah ongkos, dan tak mungkin bisa melakukan pekerjaan menarik pemudik.

Yang biasanya ditarik dalam pengertian awam adalah ongkos, dan bukan pemudik. Dan, semua orang pastilah mengerti, bahwa yang menarik ongkos itu selalu adalah kondektur, dan bukan penumpang bus. Lalu, mengapa wartawan harian itu tidak menulis dengan kalimat aktif transitif yang sederhana:

1/ Kondektur menarik ongkos dari pemudik dua kali.
2/ PEMUDIK MEMBAYAR ONGKOS DUA KALI.

Frasa "menarik ongkos" pada kalimat (1) adalah metafora, sama seperti lazimnya orang berkata "menarik becak" atau "menarik perhatian". Menarik ongkos itu arti sesungguhnya adalah menagih atau meminta uang dari pemudik yang adalah penumpang bus.

Kalimat pada butir (2) lebih jelas sebab tersusun menurut kaidah bahasa Indonesia yang benar. Jika kalimat itu kita jadikan kalimat pasif, maka makna kalimatnya pun tidak akan berubah. Pemudik membayar ongkos sama artinya dengan ongkos dibayar pemudik.

Kantor berita ANTARA --yang statusnya kini sudah berubah menjadi perusahaan umum (disingkat perum) kemarin (10/10/07) juga menurunkan berita yang kalimatnya mirip betul dengan judul koran tersebut:

PEMUDIK ITU TERPAKSA TIDAK DIBELIKAN TIKET

Kalimat yang diturunkan oleh wartawan Kantor Berita Antara dari Biro Semarang ini sangat sembrono (sembarangan) . Kacau benar susunan tata bahasanya, sehingga kalau dipikir-pikir terus, lama-lama orang yang membacanya bisa sinting permanen.

Menurut KBBI, "terpaksa" adalah berbuat di luar kemauan sendiri karena terdesak oleh keadaan; mau tidak mau harus; tidak boleh tidak. Contoh: kami terpaksa menerimanya karena tidak ada jalan lain.

Coba perhatikan kalimat yang diturunkan oleh Kantor Berita Biro Semarang di atas. Siapakah yang terpaksa? Jawabannya, yang terpaksa itu tentu saja pemudik. Siapakah yang tidak dibelikan tiket? Pemudik juga. Lalu, mengapa orang yang tidak dibelikan tiket itu terpaksa? Ganjil sekali, bukan?

Orang itu disebut "terpaksa" melakukan sesuatu karena dia terdesak oleh keadaan. Atau, keadaan itu memaksanya untuk melakukan sesuatu di luar rencana atau kemauannya sendiri. Pemudik itu dalam kalimat di atas tidak melakukan sesuatu, dan tidak juga memiliki tiket. Jikalau orang lain tidak mau membelikan tiket untuk pemudik, mengapa pula pemudik itu terpaksa?

Bandingkan ini:

1. Pemudik terpaksa tidak dibelikan tiket
2. Pemudik terpaksa membeli tiket dengan harga mahal

Nyata benar bedanya. Kalimat pada butir (1) tentu saja tidak bernalar.

Anehnya, ketika wartawan senior yang menulis kalimat itu saya tanyakan maksud PEMUDIK TERPAKSA TIDAK DIBELIKAN TIKET, dengan tegas dia menjawab, "Tidak ada yang salah dalam kalimat itu. Semua orang yang saya suruh baca mengerti maksudnya."

Tambah bingung saya!

Umbu Rey

Tidak ada komentar: