Senin, 12 Mei 2008

Seronok, maknya dirodok

Saya yakin Anda sekalian pastilah tahu arti kata SERONOK. Saya hampir yakin juga bahwa kebanyakan dari Anda dan kita sekalian pastilah memahami seronok adalah kata yang memberikan kesan tidak enak atau tidak sedap didengar atau tidak elok dipandang mata.

Inilah kita orang Indonesia. Sesuatu yang baik dianggapnya tidak baik dan yang tidak baik justru dianggapnya baik. Dulu kita kenal kata "acuh" yang berarti mengindahkan atau peduli, tetapi kata-kata itu sekarang sudah terbalik artinya. Sekarang ini tidak lagi dikenal kalimat "acuhkanlah perintah gurumu", sebab kata "acuh" itu sudah dimaknai sebagai tidak memedulikan perintah guru.

SERONOK itu juga digunakan dengan makna yang terbalik. Pada umumnya orang memahami SERONOK seperti orang menyebut "maknya dirodok". Kata maki-makian ini mirip benar dengan kebiasaan orang-orang di Indonesia bagian timur yang saban hari suka berkata "cuki mai".

"Maknya" itu berasal dari kata "emak" yang sama maknanya dengan "mai". Kata "mai" itu (mungkin dari bahasa Portugis), sama artinya dengan ibu atau betina. "Rodok" sama persis dengan "cuki" yang berarti "tusuk" (dalam pengertian sanggama). Jadi maksud kata "maknya dirodok" dan cuki mai" itu kau tahulah maksudnya. Tidak sedap diucapkan dalam tata krama.

Padahal, sesungguhnya SERONOK itu memberi kesan indah, menyenangkan hati, sedap dilihat dan enak didengar. Orang Malaysia suka berkata SERONOK ketika melihat gadis cantik. "Aduh seronoknya," kata mereka.

KBBI merekam kata SERONOK itu dalam pengertian yang positif, indah, dan menyenangkan hati. Untunglah, Pusat Bahasa sampai kini belum mau merekam SERONOK dalam pengertian yang "maknya dirodok" atau "cuki mai" itu.

Mengapa SERONOK bisa terbalik pengertiannya? Pada hemat saya, karena pada umumnya kata dalam bahasa Indonesia yang berakhir dengan bunyi "ok, ok dan ok" itu selalu memberikan kesan yang tidak sedap didengar.

Cobalah Anda pergi ke WC. Kata "jongkok" pastilah berhubungan dengan "cebok". Kalau bokong dibersihkan jangan pakai diobok-obok" dan kata-kata itu jangan sekali-kali diucapkan di meja makan. Bisa muntah kita. Apalagi yang "borok-borok" itu selalu saja berarti "jorok juga.

Anda tahu artinya "popok"? Itu pakaian bayi atau bayi. Kalau dibiarkan terus dan tidak pernah dicuci akan "jorok" juga. Orang Jawa suka menghubungkan kata "popok" itu dengan lumpur, yang menurut orang suka akan kebersihan, tentu tidak sedap dipandang.

Popok itu juga berarti "hantu yang ditakuti orang. Kata lain dari hantu itu adalah "momok". Tahukah Anda bahwa "momok" itu juga berarti kemaluan anak perempuan, dan tidak pantas diucapkan di depan umum. Orang Jakarta biasa bilang "memek" yang meskipun tak pantas diucapkan menurut sopan santun, sangat disukai oleh lelaki hidung belang.

Eceng "gondok" adalah tumbuhan yang hidup di air, tetapi tidak disukai karena kesannya mengotori sungai. Sama juga penyakit "gondok" yang bisa membuat leher orang menjadi lebih besar dari ukuran. Kalau akarnya sampai mencekik tenggorokan, orang bisa koit juga. Sama juga tidak enaknya kalau orang turun "berok". Kebiasaan orang Indonesia yang paling disukai adalah main "sogok" supaya dapat proyek. Mereka juga suka merotok (bersungut-sungut) kalau tidak kebagian angpao. Padahal itu penyakit juga.

"Mogok"' itu tentu saja tidak disukai oleh orang di semua lapisan masyarakat. Kalau buruh "mogok" kerja maka pengusaha akan kelimpungan. Apalagi kalau mobil mewah miliknya "mogok" melulu, tentu pemiliknya akan stres. Rakyat jelata juga akan marah-marah kalau bus dan kereta api "mogok" lantaran pakai mesin "rongsok". Bisa terlambat masuk kantor.

Orang "katrok" itu sama dengan bodoh menurut istilah Mr Tukul Arwana, tetapi yang bikin sebal sebenarnya orang yang "goblok"nya tidak ketulungan. Orang bodoh biasa dikiaskan dengan otak "jongkok", sama seperti udang yang bentuknya bongkok atau bengkok. Orang yang begini ini biasa disebut bodoh atau "dongok".

Di Jakarta ini kita harus hati-hati karena banyak "perampok". Sedikit saja kita meleng maka harta di tangan lenyap. Itu semua tidak sedap didengar dan yang menjadi korban akan menjadi setres dan kepikiran sampai rambutnya "rontok". Pencuri atau maling yang tertangkap tangan akan di-"keroyok" ramai-ramai sampai kepalanya "bonyok". Tentu saja kita akan merasa ngeri kalau leher rampok itu kena "gorok".

Orang yang disebut biang "kerok" adalah sumber masalah dan karena itu dia tidak suka buka "kedok", sebab mukanya memang sudah mirip burung "belekok" yang suka makan "kodok". Mau ok, ok, dan ok yang lain? Cari sendiri!

Sebenarnya tidak semua kata yang berbunyi "ok ok dan ok" itu selalu memberikan kesan buruk. Ayam jantan berkokok bisa membangunkan kita pada pagi hari. Jorok itu bisa juga positif dalam pengertian darat yang menjorok ke laut. Merokok dapat menyebabkan sakit jantung dan paru-paru, dan janin, tetapi konon memberikan kenikmatan juga bagi perokok.

Yang satu ini lain. Gadis manis cantik rupawan, mulus, molek dan montok. Itu yang saya suka!

Umbu Rey

Tidak ada komentar: