Senin, 12 Mei 2008

Penolongan

Saya tidak tahu mengapa bahasa Indonesia tidak mengenal kata berimbuhan PENOLONGAN, padahal dewasa ini banyak sekali bencana yang perlu ditanggulangi dengan PENOLONGAN. Yang biasa kita berikan kalau terjadi musibah adalah PERTOLONGAN, dan dengan itu saja kita menyelamatkan orang dari penderitaan.

KBBI edisi ketiga halaman 1204 mencatat lema TOLONG, dan dari kata itu tercatat pula kata bertolong-tolongan, menolong, tolong-menolong, tertolong, pertolongan, penolong, dan ketolongan. Tidak ada kata PENOLONGAN. Padahal, kalau kita tilik proses pengimbuhan kata maka turunan kata TOLONG itu sebagai berikut:

TOLONG --> MENOLONG--> PENOLONG--> PENOLONGAN--> TOLONGAN

PENOLONG adalah orang yang melakukan pekerjaan menolong, PENOLONGAN adalah cara atau proses menolong, dan TOLONGAN adalah hasil dari proses penolongan.

Pertolongan terjadi karena bertautan dengan kata berawalan "ber". Dari kata TOLONG turun pula kata BERTOLONG-TOLONGAN --> MEMPERTOLONGKAN--> PERTOLONGAN.

Orang-orang yang TERTOLONG adalah yang sudah mendapat PERTOLONGAN. Lalu, siapakah yang memberikan PERTOLONGAN? Terserah, siapa saja boleh, dokter atau pemerintah, dan mereka itu boleh disebut PENOLONG juga. Dengan begitu, kata PETOLONG bolehlah kita sebut orang yang ditolong atau korban musibah.

PERTOLONGAN itu apa? KBBI memberi arti "perbuatan atau sesuatu yang dipakai untuk menolong. Jadi, PERTOLONGAN itu sebenarnya sama saja dengan bantuan. Mungkin berupa makanan atau obat-obatan.

Kalau begitu, PENOLONGAN itu apa? Menurut hemat saya, "usaha atau proses, atau cara untuk menolong. PENOLONGAN itu kita lakukan ketika atau pada saat orang sedang dalam marabahaya, atau ketika bencana itu sedang terjadi.

Contoh: Ketika seorang hanyut terbawa arus banjir yang deras, pada saat itu juga kita melakukan PENOLONGAN dengan cara berenang dan menarik orang yang hanyut itu ke tepi sungai. Jadi, PENOLONGAN adalah sama dengan melakukan "penyelamatan".

PENOLONGAN atau penyelamatan itu kita lakukan lebih dahulu, dan PERTOLONGAN atau bantuan baru datang kemudian. Kita suka atau selalu memberikan PERTOLONGAN tetapi anehnya, kita tidak pernah melakukan PENOLONGAN.

Pantas, setiap kali bencana terjadi, yang menjadi korban selalu tetap menderita sebab kita tidak pernah melakukan PENOLONGAN. Bantuannya baru datang atau diberikan kemudian setelah orangnya sebagian sudah "koit" atau "modar". Jumlah pertolongan atau bantuan pun sudah dikorupsi pula.

Umbu Rey

Tidak ada komentar: