Rabu, 14 Mei 2008

Mengarungi rumah tangga

Ini kebiasaan orang omong zaman saiki. Kebetulan saya menonton acara tayangan acara "infotaimen" di layar Trans TV. Ada artis Ibu Kota yang baru saja menikah dan pewaranya mengucapkan: SELAMAT MENGARUNGI RUMAH TANGGA.

Si pewara boleh jadi sangat yakin bahwa kata-kata yang diucapkannya itu benar adanya, sebab begitulah lazimnya orang menyampaikan salam kepada teman atau handai taulan yang melangsungkan pernikahan.

Kata MENGARUNGI mungkin diturunkan dari dua kata dasar. Bisa ARUNG, dan bisa pula KARUNG, bergantung pada konteks kalimat yang kita gunakan. ARUNG artinya berjalan menyeberangi sungai atau menjelajah samudra, sedangkan KARUNG adalah kantong besar yang terbuat dari goni, tempat menyimpan beras.

Mungkinkah dua kata dasar itu bertalian atau berhubungan dengan "rumah tangga"? Mungkin, tetapi saya bingung, itu rumah tangga mau diarungi ke mana, dan bagaimana pula rumah tangga itu dimasukkan ke dalam karung (mengarungi = membungkus dengan karung atau memasukkan ke dalam karung).

Zaman dulu ketika saya masih di kampung, orang yang menikah itu ibarat dua insan yang naik dalam sebuah perahu atau bahtera. Mereka harus pergi dari rumah kedua orang tuanya untuk hidup mandiri, mencari kehidupan baru. Karena harus hidup mandiri, lepas dari tanggungan orang tuanya itulah maka mereka disebut pergi ke laut lepas dengan menumpang kapal yang disebut "bahtera rumah tangga".

Bahtera itu pastilah harus berjalan di atas permukaan air, menjelajah samudra. Manalah mungkin bahtera itu dimasukkan ke dalam karung goni (dikarungi/mengarungi) lalu dihanyutkan atau dilarung ke laut. Kalau itu dilakukan maka orang tua kedua mempelai itu pastilah manusia biadab.

Sebab apa? Kedua mempelai itu tidaklah mungkin mendapat kebahagiaan, karena sebelum sempat mencicipi nikmatnya acara persetubuhan pengantin baru, mereka malah sudah tenggelam ke dalam air. Mampuslah mereka itu, bukan? Tega benar orang tua dan mertua itu kalau betul-betul mereka MENGARUNGI rumah tangga anaknya atau menantunya.

MENGARUNGI bahtera rumah tangga itu apakah benar? Menurut hemat saya, sama saja salahnya dengan MENGARUNGI rumah tangga. Mungkinkah bahtera rumah tangga itu diarungi atau dikarungi?

KBBI edisi ketiga halaman 67 berkata bahwa yang diarungi itu adalah lautan, atau sungai, atau juga hutan rimba. Jadi, kalau bahtera rumah tangga itu yang diarungi maka pastilah remuk dinjak-injak orang sekampung yang sedang merayakan pesta pernikahan kedua mempelai.

Apakah si pewara pada acara "infotaimen" itu sadar bahwa dia telah melakukan kekeliruan? Gaya dan alunan suaranya begitu meyakinkan padahal jika kita cermat beripikir, sesungguhnya MENGARUNGI rumah tangga yang diucapkannya itu adalah kesalahan fatal.

Seharusnya pewara itu berkata bahwa kedua artis berlainan jenis itu sedang MENGAYUH bahtera rumah tangga. Kata MENGAYUH itu berasal dari kata dasar KAYUH yang sama artinya dengan DAYUNG, yaitu kayu yang dibuat pipih dan lebar untuk menggerakkan perahu supaya maju. Tentu saja bahtera itu harus berada di permukaan air.

Jadi, kedua mempelai itu sebenarnya ibarat orang yang menumpang bahtera (rumah tangga) yang akan mengarungi samudra luas. Maka saya pun ikut mengucapkan "Selamat mengayuh bahtera rumah tangga". Atau "Selamat mengarungi samudra rumah tangga".

Umbu Rey

Tidak ada komentar: