Jumat, 13 Juni 2008

Gus Dur Mau Dibunuh

GUS DUR MAU DIBUNUH

Itu kalimat judul berita di halaman muka surat kabar harian Nonstop yang saya baca di stasiun kereta api Bekasi hari Jumat (6/6/08). Beritanya berkaitan dengan kerusuhan di silang Monas 1 Juni yang lalu antara kelompok FPI dan AKKBB.

Di halaman muka surat kabar yang sama hari Kamis (12/6/08) tertera pula kalimat judul dengan bentuk yang sama. MAS DI MONAS MAU DIBOM. Isi berita masih yang itu juga, mengenai bentrokan massa dua kelompok di Monas. Tetapi itu tidak penting dalam tulisan ini.

Yang mengherankan dan sekaligus mengagumkan saya adalah soal Gus Dur dalam judul berita itu. Saya pikir hebat benar Gus Dur, kok mau-maunya dibunuh. Untuk apa? Saya pikir ini bukan saja logika wartawan penulis berita itu yang tidak jalan, tetapi Gus Dur tampaknya sudah kehilangan nalar juga.

Zaman sekarang ini orang di mana pun dan siapa pun dia, pastilah mau hidup seribu tahun lagi, dan kalau perlu tidak usah mati sekalian, langsung masuk surga. Kalau begitu, mengapa Gus Dur mau dibunuh?

Gus Dur yang juga Presiden Republik Indonesia keempat itu semua orang pastilah tahu bahwa dia orang baik. Gus Dur juga seorang kiai haji, jadi manalah mungkin dan tentu saja tidak masuk akal jika dia mau membunuh orang lain, apa lagi mau dibunuh.

Ini kalimat menjadi rancu karena kebiasaan orang bertutur dalam kalimat lisan. Ada dua masalah yang membingungkan saya dalam kasus ini, yakni penggunaan kata "mau" dan kata berimbuhan dalam bentuk pasif "dibunuh".

Ada kebiasaan orang di Pulau Jawa pada umumnya yang tidak suka menonjolkan dirinya ketika berbicara dan karena itu mereka suka melesapkan subjek dalam bentuk kalimat pasif berawalan "di". Alih-alih menggunakan kata "goyang" atau "menggoyang" seorang pewara atau penyanyi dangdut di layar teve akan lebih cenderung berkata "digoyang".

Maka berserulah pewara dengan kalimat ini: "Mau digoyang....???!!" Tidak jelas apanya yang digoyang. Setelah penyanyinya meliuk-liuk barulah kita mengerti bahwa yang mau digoyang itu adalah pinggul atau bokongnya.

Persoalan "pinggul mau digoyang" itu pun bikin bingung, sama seperti "Mas Di Monas Mau Dibom". Adakah pinggul yang memiliki kemauan untuk digoyang atau adakah mas yang punya kemauan untuk dibom? Kata "mau" itu sama saja atau mirip artinya dengan "suka". Di dalam KBBI, "mau" itu artinya sunguh-sungguh suka hendak; suka akan; atau sudi.

Yang mempunyai kemauan atau kesukaan itu cuma manusia dan makluk hidup lain yang bergerak dan bernapas. Mau atau suka itu pun haruslah bertujuan untuk menyenangkan dan membahagiakan dirinya. Misalnya, saya mau makan. Kambing itu mau kawin.

Karena itu, Gus Dur Mau Dibunuh atau Gus Dur Mau Membunuh pastilah tidak masuk akal karena pekerjaan itu tidak menyenangkan dirinya. Orang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran sekalipun pastilah tidak akan merasa nyaman hidupnya karena telah membunuh.

Lain soal kalau kalimat itu berkata "Luna Maya mau dicium" maka sayalah yang akan "nyosor" duluan. Kalau sudah begini, kalian semua anggota milis ini saya mohon agar menjauh. Jangan sekali-kali kalian ikut-ikutan juga mau mencium Luna Maya.

Apakah kalian mau dibunuh juga (oleh saya?)

Umbu Rey

Tidak ada komentar: