Kamis, 26 Juni 2008

Sabuk Keselamatan?

Saya biasa menyetir mobil sendiri ke kantor. Di jalan tol Cikampek tertera imbauan dengan tulisan besar-besar "GUNAKAN SELALU SABUK KESELAMATAN". Otak dan perasaan saya langsung tergelitik dan menimbulkan pertanyaan, dapatkah sabuk itu menyelamatkan saya?

Kata "sabuk keselamatan" tampaknya diterjemahkan lurus-lurus dari bahasa Inggris "safety-belt". Ketika naik pesawat terbang ke kampung, saya melihat kata yang sama tertera pula di depan tempat duduk saya tetapi diindonesiakan dengan "kenakan sabuk pengaman".

Tampaknya sudah lazim dalam bahasa Indonesia, kata "selamat" dipertukarkan saja dengan kata "aman" seakan-akan kalau sudah aman maka selamatlah kita. Kedua kata itu menurut hemat saya tidaklah sama meskipun dalam kamus KBBI edisi ketiga kedua kata itu mempunyai arti yang sama yakni "terbebas dari bahaya, bencana dan malapetaka".

Buktinya tidak sama, apa? Kita biasa menyapa orang dengan ucapan " Selamat malam, Om!" tetapi ganjil sekali rasanya kalau ada orang menyapa dengan ucapan "Aman malam, Om!" Jadi, kepada si miskin papa yang sedang sekarat menghadapi maut sekalipun kita harus tetap menyapa dia "Selamat malam, Om!"

Orang yang sedang sekarat tetaplah dia selamat meskipun dia hidup dalam penderitaan yang menyebabkannya tidak aman dari bencana sakit penyakit yang dideritanya.

Karena itu, tak mungkinlah kau mengatakan kepadanya, "Aman malam, Om!" Orang sudah sekarat gitu kok kau bilang aman. Demikian juga orang pengungsi itu lari dan berlindung ke tempat yang aman dan tidak pernah lari ke tempat yang selamat.

Urusan aman-mengamankan adalah pekerjaan manusia, tetapi perkara selamat-menyelamatkan sesungguhnya bukan pekerjaan manusia. Kata itu adalah istilah agama yang berkaitan dengan pekerjaan Tuhan (itu kata orang yang beragama). Selamat hanya berhubungan dengan mati dan hidup.

Polisi hanya dapat mengamankan pencuri dari gebukan atau keroyokan massa yang marah tetapi tidak dapat menyelamatkan pencuri itu dari kematian jika kena ribuan bogem mentah.

Menurut hemat saya, arti yang sesungguhnya dari kata "selamat" adalah doa atau ucapan pernyataan kebahagiaan kepada orang lain. Kata itu masuk kelas kata benda atau nomina, bukan kata sifat. Sayangnya, KBBI edisi ketiga mencantumkan arti itu pada arti yang keempat. Padahal, doa itulah arti yang sesungguhnya dan karena itu tidak bisa disamakan dengan arti "aman".

Kita lazim berkata "selamat ulang tahun". Itu adalah doa agar orang yang berulang tahun itu panjang umurnya. Mana ada orang mengucapkan "aman ulang tahun" sebab orang yang berulang tahun itu tidak sedang berada dalam situasi marabahaya.

Kalau Anda memakai "sabuk keselamatan" ketika menyetir mobil, jangan harap ada mendapat keselamatan atau hidup kalau ajal sudah di depan mata. Jikalau sudah tiba waktunya untuk modar maka matilah kau di situ. "Sabuk pengaman" sebenarnya kita gunakan hanya untuk melindungi tubuh kita jika terjadi benturan, tidak bisa menyelamatkan kita dari kematian.

Apakah yang dikerjakan oleh seorang dokter terhadap pasien yang gawat? Saya pikir sang dokter hanya melakukan penolongan atau memberikan pertolongan, bukan penyelamatan.

Itu sebabnya dokter suka berkata, "Kita sudah berusaha tetapi Tuhan menentukan lain." Itu kalau pasien yang ditolongnya ternyata ko'it. Kalau pasiennya itu selamat (hidup) maka sang dokter tidak berhak mengatakan "Sayalah yang menyelamatkan dia."

Dapatkah orang "menyelamatkan diri?" Saya pikir tidak bisa, paling-paling kita hanya dapat berusaha untuk melindungi diri agar terelak dari maut. Coba dengarkan khotbah di rumah ibadat atau tanya kepada pendeta atau pastor, atau kiai.

Itu artinya apa? Orang lain sesama manusia bahkan agama pun tidak akan dapat menyelamatkan kita. Yang dapat menyelamatkan kita cuma Tuhan, dan orang Kristen bilang cuma Yesus saja juru selamat manusia.

Kalau begitu, apa maksudnya "sabuk keselamatan"? Jikalau manusia saja tidak dapat memberikan keselamatan, apalagi sabuk. Mungkinkah sabuk memberikan kita keselamatan? Karena itu, saya lebih suka menyebut "sabuk pelindung". Teman di damping saya lalu menyeletuk, "Hei Umbu, apakah kau sedang berkhotbah?"

"Oh, tidak. Saya sedang merasa geli, karena perut saya diikat dengan sabuk keselamatan!"

Umbu Rey

Tidak ada komentar: