Selasa, 22 Januari 2008

Perihal "Ichthus"

"Ichthus" pastilah bukan kata dalam bahasa Indonesia. Jelas, bukan juga bahasa Inggris. Soalnya, dalam kamus Inggris Indonesia karangan John Echols dan Hassan Shadily kata itu tidak tercantum. Dalam kamus The American Heritage Dictionary (yang saya miliki) juga tidak ada, pun dalam kamus Oxford Advanced Leaner's kata "ichthus" itu tak tampak.

Kamus sangat tebal di depan saya, yakni Webster's Third New International Dictionary cetakan tahun 2002 saya bolak-balik, dan barulah saya temukan kata "ichthus" pada halaman 1121.

Sebuah radio swasta di Semarang juga menggunakan nama "ichthus". Jika ditilik dari isi siarannya, radio itu dapatlah dinyatakan berkumandang lebih banyak untuk misi agama Kristen, tetapi pendengar radio itu tampak-tampaknya tak mengerti mengapa radio itu bernama "Ichthus".

Ketika saya bertugas di Semarang tujuh tahun silam, radio swasta itu menyelenggarakan kuis berhadiah lewat udara untuk menebak arti kata "ichthus" itu. Jumlah hadiah (uang) ditambah terus setiap kali pendengarnya tak dapat menjawab arti kata itu.

Sesudah berhari-hari bahkan sampai berbilang minggu, tak seorang pun pendengarnya dapat menjawab pertanyaan itu walaupun hadiahnya ditingkatkan terus jumlahnya. Saya tak tahu persis apakah pertanyaan itu sudah tertebak oleh salah seorang pendengarnya, sebab beberapa minggu kemudian sebelum kuis itu dihentikan, saya sudah dipindahkan dan bertugas lagi di Jakarta.

Tentu saja kata "ichthus " itu tidak tertebak, pikir saya, sebab kata itu memang asing di telinga pendengarnya dan susah pula diucapkan oleh orang Jawa pada khususnya. Lagi, pula orang muda zaman saiki pun tidak terlalu peduli dengan arti sebuah nama.

Padahal, orang Jawa pada umumnya biasa memberi nama anaknya dengan makna tertentu. Misalnya, Bejo artinya untung, Sugeng berarti selamat, dan Suharto dari kata Su (artinya bagus) dan Harto artinya banyak harta. Ada olok-olok yang mengatakan kalau ingin menjadi kaya raya dan berkuasa, berilah nama Suharto kepada anak Anda.

Pada zaman dahulu, setiap nama selalu mempunyai makna. Dalam kitab Taurat misalnya, Israel itu berarti kemenangan. Nama Israel itu muncul ketika Yakub menang sesudah bergumul sepanjang malam sampai fajar dengan seorang malaikat Tuhan dalam peristiwa Pniel, di seberang Sungai Yordan.

Israel itu muncul dari keturunan Yakub, dan Yakub itu sendiri artinya penipu, sebab dia telah menipu ayahnya agar mendapat berkat lebih banyak dari kakak kembarnya Esau. Ayah Yakub bernama Ishak yang diberi arti "tertawa" karena ibunya tidak percaya ketika diberi tahu akan melahirkan seorang anak laki-laki. Ibunya adalah perempuan cantik bernama Sarah yang berarti permaisuri. Ketika melahirkan Ishak Sarah sudah berusia lebih dari 70 tahun.

Keturunan Yakub itulah yang kemudian melahirkan seorang pesuruh Tuhan bernama Musa. Ketika masih bayi, kedua orang tuanya, Amram dan Yokhebet, menghanyutkannya dalam peti kecil ke dalam sungai agar terhindar dari kekejaman Raja Firaun. Bayi itu ditemukan oleh putri Firaun dan diberinya nama Musa, yang artinya diselamatkan dari dalam air.

Adakah Tuhan itu memiliki nama? Ketika Musa bertanya "Tuhan, siapakah yang menyuruh aku menghadap Firaun?" Terdengar suara dari dalam belukar yang menyala-nyala, "Katakan saja Yahwe, yang artinya Aku Ada yang Aku Ada."

Dalam buku Nyanyian Rohani kuno yang saya miliki, kata "ichthus" itu disebutkan berasal dari bahasa Gerika yang umumnya digunakan orang di Kerajaan Roem atau Romawi pada abad pertama Masehi.

A. Merriam Webster yang menerbitkan kamus Webster yang saya sebut di atas memungut dan mencatat kata "ichthus" dan menerjemahkannya dalam bahasa Inggris dengan arti "fish" yang dalam bahasa Indonesia berarti "ikan".

Perkataan ikan itu sangat penting dalam agama Kristen pada abad pertama dan karena itu kata "ichthus" diambil atau dilukiskan sebagai simbol bersama dengan sebakul roti yang berisi lima ketul. Ikan dan roti itulah yang populer sebagai simbol Kristen di samping kayu salib.
Mungkin juga karena roti dan ikan itu merupakan makanan pokok untuk menyejahterakan rakyat Yahudi ketika itu. Murid-murid Yesus pun semula adalah nelayan yang sangat dekat dengan kehidupan laut dan ikan.

Pada masa itu, menurut cerita Alkitab, Yesus membuat mukjizat luar biasa sesudah dia berkhotbah di hadapan lebih dari empat ribu orang. Yesus melihat orang banyak itu lapar sebab hari sudah hampir petang, tetapi menemukan hanya ada lima ketul roti dan dua ikan. Yesus memberkati lima roti dan juga dua ikan itu, lalu menyuruh murid-muridnya membagi-bagikannya kepada orang-orang banyak itu.

Setelah orang-orang itu selesai makan, Yesus menyuruh murid-muridnya untuk mengumpulkan roti yang tersisa, dan ternyata masih ada 12 bakul penuh. Angka 12 itu kebetulan juga berarti 12 suku Israel dari turunan anak-anak Yakub.

Yesus juga memiliki murid yang jumlahnya 12 orang. Ketika seorang muridnya yang ke-12 berkhianat dan menjualnya kepada orang Yahudi untuk dibunuh dan disalibkan, maka jadilah angka 12 itu dianggap orang sebagai angka celaka atau angka sial.

Celaka 12, kata arang-orang zaman dahulu, sampai-sampai tendangan hukuman di depan mulut gawang dalam sepakbola pun harus dihitung 12 langkah pas. Dahulu orang mengatakan tendangan 12 pas, tetapi sekarang sudah diganti dengan tendangan penalti. Sampai kini, orang-orang Kristen juga memperingati hari Natal sebagai hari kelahiran Yesus --di sebuah kandang di Betlehem, tanah Yudea-- pada bulan yang ke-12 saban tahun.

Mungkin karena 12 itu dianggap angka keramat yang suci, maka sekarang ini orang lalu menggeser angka celaka itu menjadi angka 13. Karena itu, nomor rumah kalau pakai angka 13 dianggap sial, maka tuan rumah lalu menggantinya denagna No. 12 B. Begitu juga gedung bertingkat di Jakarta pada umumnya tidak mengenal lantai nomor 13.

Akan tetapi "ichthus" itu pada hari-hari belakangan sesudah Kristus terangkat ke surga telah pula digunakan sebagai singkatan atau akronim dalam bahasa Gerika untuk menandakan Kristus sebagai penebus dunia.

Dalam bahasa Gerika kata "ichthus" itu adalah singkatan dari kalimat "Iesous Christos Theou Uios Soter". Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti Yesus Kristus, Anak Allah, Penebus.

Bertepatan dengan peringatan kelahiran Yesus Kristus sebagai mana terkandung dalam makna kata "ichthus" itu, maka perkenankan saya mengucapkan (bagi mereka yang beriman kepada Yesus Kristus):

Selamat Natal 2007, SEMOGA KASIH KRISTUS MENYERTAI KITA SEKALIAN DALAM DAMAI YANG ABADI.

Jakarta, 24 Desember 2007

Umbu Rey /Antara

Tidak ada komentar: