Selasa, 29 Januari 2008

LOMBA versus TANDING

Bicara olahraga dalam acara lesehan diskusi bahasa Indonesia di Semarang (16/9/06) mungkin akan lebih marak kalau judul tulisan ini diketengahkan juga. Setakat ini orang (wartawan) peliput olahraga sudah tidak lagi dapat membedakan mana cabang olahraga yang
disebut "lomba" dan mana pula yang termasuk "tanding".

Hantam kromo asal tulis "lomba" dan "tanding" tersebar hampir di semua media massa. Pokoknya olahraga, pastilah disebut pertandingan atau perlombaan, tak peduli itu sepakbola atau renang. Akhirnya, wartawan pun tak lagi dapat membedakan kata "loncat" dan lompat". Lalu, mana yang benar, lompat "jingkat" dan atau lompat "jangkit?"

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga hal 680) mengartikan "lomba" adalah adu kecepatan (berlari, berenang dsb). Tetapi, wartawan menulis kecantikan, memasak, melukis, dan menyanyi itu adalah "lomba" atau perlombaan juga, padahal dalam kegiatan ini tidak ada unsur adu kecepatan lantaran waktunya sudah ditentukan.

Siapa yang berani bilang bahwa putri Indonesia 2006 Agni Pratistha juara lomba atau menang pertandingan kecantikan? Bukankah unsur kecantikan itu tidak ada hubungannya dengan adu kecepatan? Kecantikan itu adalah pemberian Tuhan (menurut orang yang percaya). Lalu, Tuhan berlomba dengan siapa sampai bisa menang ketika menciptakan Agni Pratistha?

Di atas panggung, para juri memasukkan unsur keterampilan, bahasa Inggris dan pengetahuan umum yang dimiliki sang putri untuk bisa menang dalam perlombaan. Apa hubungannya adu kecepatan (lomba) dan pengatahuan, umum dan keterampilan berbahasa
Inggris?

Keponakan saya di kampung kecantikannya bukan alang kepalang. Molek nian tiada tara. Itu menurut ukuran lingkungan di sana. Tetapi kalau dia ikut lomba kecantikan di Jakarta, pastilah dia kalah. Soalnya bapaknya miskin melarat, tidak bisa beli perona bibir (lipstick) untuk tambah kecantikan.

Lagi pula, keponakan saya itu anak dusun yang cuma tamat SMU. Tidak cukup pengetahuan untuk omong Inggris di atas panggung. Persoalannya, mungkinkah seorang dara dapat bertambah cantik dengan memasukkan unsur pengetahuan umum dan bahasa Inggris.

Jadi apa? Kecantikan itu lomba atau tanding? Susah. Sesungguhnya kecatikan adalah soal selera, bergantung sekali pada subjektivitas seseorang. Jadi, terserah orang memilih yang mana, sama seperti pemilu atau pilkada. Terserah yang memilih saja. Karena itu kecantikan, memasak, melukis, dan menyanyi sebenarnya bukanlah perlombaan. Tidak ada unsur kecepatan yang harus dicapai di situ.

Tanding itu apa? KBBI mengatakan (1) yang seimbang; yang sebanding, (2) satu lawan satu. Bertanding adalah berlawanan (dl berlomba, beradu tenaga dsb): Regu voli A bertanding dengan regu B di babak final. Seorang lawan seorang. (lihat KBBI edisi ketiga hal 1136.

Arti kata "tanding" ini tidak secara lebih jelas dan rinci menggambarkan unsur-unsur olahraga. Jadi, "tinju" itu pertandingankah atau perlombaankah, sepakbola itu perlombaan
atau pertandingan, dan atletik serta balap sepeda dan renang itu masuk jenis perlombaan atau pertandingankah?

Waktu saya di kampung dulu, guru olahraga saya berkata bahwa "perlombaan" adalah adu kecepatan, kekuatan, ketangkasan dan keterampilan dari dua orang atau lebih dengan tidak saling berhadap-hadapan. Contohnya, lari, renang (termasuk senam ritme dan loncat
indah), balap sepeda, tembak, dan panah.

"Pertandingan" adalah adu kekuatan atau ketangkasan ketika lawan dan timpalannya saling berhadap-hadapan di sebuah arena. Misalnya tinju, gulat, atau karate. Masuk dalam kata "pertandingan" adalah permainan dengan menggunakan alat. Misalnya sepakbola (bola kaki), bola voli dan sepaktakraw, anggar.

Karena itu, menyanyi, melukis, dan memasak itu tentu bukan pula pertandingan. Para penyanyi, pelukis, dan pemasak itu tidak saling berhadapan, dan tidak pula sedang mengadu kekuatan atau kecepatan. Mereka hanya memeragakan keterampilan.

Demikian pula "kecantikan" adalah kemolekan, atau keelokan wajah atau muka, yang "dari sononya" atau lahirnya memang sudah begitu. Mengapa pula dipertandingkan dan diperlombakan?

Sekarang soal "loncat" , "lompat", "jingkat" dan "jangkit". Menurut KBBI, "lompat" adalah bergerak dengan mengangkat kaki ke depan (ke atas, ke bawah) dan dengan cepat menurunkannya lagi, loncat. (hal 682).

Akh, lucu sekali definisinya. Kok, cuma angkat kaki ke depan ke atas dan ke bawah sudah dapat disebut "lompat". Pada hemat saya, dengan gerakan "lompat" maka tubuh secara keseluruhan haruslah pula melayang (terangkat) ke atas. Kalau hanya mengangkat kaki ke depan
dan menurunkannya lagi ke bawah, itu namanya "jalan di tempat" seperti orang menari poco-poco. Bukan lompat.

Di halaman yang sama, KBBI mendefinisikan "loncat" adalah lompat dengan kedua atau keempat kaki bersama-sama (seperti katak, dan kelinci), lompat. Jadi, menurut pengertian KBBI, "lompat" dan "loncat" itu hampir sama dan sebangun. Contohnya, lompat galah sama
saja dengan loncat galah. Padahal katak dan kelinci kalau meloncat atau melompat tidak pernah pakai galah. Loncat saja dia.

Guru saya di kampung bilang, "lompat" itu adalah gerakan untuk menaikkan seluruh tubuh dari bawah ke atas dengan bertumpu pada satu kaki. Contohnya, lompat tinggi, lompat jauh (pada atletik). Setelah sampai pada ketinggian tertentu tentu saja dia akan jatuh lagi ke bawah.

"Loncat" adalah gerakan menurunkan tubuh dari atas ke bawah dengan bertumpu pada dua kaki sekaligus. Contohnya, loncat indah (pada renang) dan terjun payung.

Sehubungan dengan kata "lompat" dan "loncat", kita kenal dalam atletik ada kata "jangkit". Yang umum kita baca dan kita dengar adalah "lompat jangkit" atau "loncat jangkit". Keduanya kerap dipakai secara bergantian. Yang jadi persoalan, manakah yang benar, "jangkit" atau "jingkat".

Sekali lagi kata guru saya di kampung. Dia bilang "jangkit" itu tidak ada hubungannya dengan perkara olahraga atletik. Awang Papilaya itu atlet lompat "jingkat". Dia bukan virus malaria yang sedang berjangkit. Bukankah "berjangkit" itu sama dengan "menular"?

"Jingkat" itu adalah gerakan melompat-lompat dengan bertumpu pada kaki kiri dan kanan atau kedua-duanya secara bergantian. Sama seperti lompatan anak kecil yang kegirangan menyongsong ibu atau bapaknya yang baru pulang dari kantor.

Karena itu, menurut hemat saya, pada atletik lebih tepat disebut "lompat jingkat".

Umbu Rey

Tidak ada komentar: