Waktu saya masih bersekolah di kampung dahulu, guru saya berkata, "Indonesia hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau dan musim hujan."
Di Jakarta, orang menyebut musim di Indonesia jauh lebih banyak jumlahnya daripada di Eropa (yang hanya punya empat musim) sebab di samping dua musim yang disebut oleh guru saya, semua hal bisa menjadi musim.
Ada musim duren, ada musim rambutan, ada musim kawin (tetapi tidak ada musim hamil), dan belakangan ada pula musim haji. Kalau penyakit demam berdarah melanda Jakarta, itu artinya musim demam berdarah, dan kalau semua orang batuk dikatakan musim batuk. Begitu juga kalau semua terkena virus gatal maka orang pada garuk-menggaruk, dan itu artinya musim gatal-gatal.
Maka itu kalau anak tetangga sudah mencret dan yang lain juga ikut mencret, maka orang cenderung berkata itu sudah musimnya. Saya pikir, aneh juga bangsa ini. Orang mencret kok dibilang musim.
Ketika air mulai jatuh dari langit antara bulan September hingga April tahun berikutnya para wartawan (terutama Kantor Berita Antara) menyebutnya dengan istilah musim "penghujan". Musim ini disebut juga terjadi di "penghujung" tahun, tetapi tidak pernah mereka sebut di "pengawal" tahun.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengatakan hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara. Dari kata "hujan" itu turun kata berhujan, menghujan, menghujani, menghujan-hujankan, dan kehujanan.
Tetapi tidak terdapat kata "penghujan". Entah bagaimana riwayatnya sampai ada musim "penghujan", terus terang saya tidak tahu sama sekali. Teman-teman saya berkata bahwa kata "penghujan" itu tidak perlulah dipercakapkan sebab demikianlah perkembangan bahasa yang mesti kita terima.
Saya mencoba mengikuti perkembangan bahasa menurut versi mereka, tetapi ketika saya menulis istilah kalimat "musim pembanjir telah berlalu", mereka malah protes. "Itu salah!," katanya.
Kalau musim "penghujan" itu kita akui sebagai perkembangan bahasa, mengapa tidak ada musim penduren, musim perambutan, musim pengering, musim pengawin, dan musim penghaji?
Ah, ini pikiran tampaknya kurang beres.
13 Februari 2007
Umbu Rey/Antara
Selasa, 22 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar