Selasa, 01 Juli 2008

Memperdayai

Imbuhan "memper- (kan)" sudah banyak dibicarakan dalam milis ini, tetapi teman di damping saya masih tetap saja bingung. Dia bertanya, adakah imbuhan "memper- (i)" itu dalam bahasa Indonesia? Saya jawab saja...Ada!

Tetapi, dari kata "daya" dan "kerja" tidak terbentuk kata berimbuhan "memperdayai" dan "mengerjai". Kata "memperdayai" saya kenal sejak Sekolah Dasar di kampung, dan kata "mengerjai" saya kenal dalam percakapan dialek Jakarta atau Betawi, "ngerjain" atau "dikerjain".

Dua kata ini sebenarnya merujuk pada pengertian atau makna yang sama, yaitu membuat tidak berdaya tetapi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga tidak mencatat kata itu, mungkin dianggap tidak berterima. Untuk membuat orang tak berdaya dengan cara tipu muslihat kita hanya mengenal kata "memperdayakan".

Setahu saya "memper-(kan) " yang mengapit kata sifat (adjektiva), artinya menjadikan objek lebih "kata dasar". Jadi, kalau kata dasarnya "panjang" maka memperpanjang( kan) pen artinya menjadikan pen itu supaya lebih panjang. Begitu juga memperbesar( kan) pen artinya menjadikan pen itu supaya lebih besar. Dalam kasus ini pen itu adalah barang yang pada awalnya memang sudah besar atau panjang.

Imbuhan ini telah dibuat untuk membedakannya dari "me(m)-kan" atau me(ng)-kan" yang maksudnya untuk menjadikan yang kecil menjadi besar. Maka, kalau kita hendak "membesarkan" pen, dalam pikiran kita pen itu pada awalnya kecil, dan "memendekkan" pen artinya pen itu tadinya panjang.

Yang bikin runyam, imbuhan "memper-(kan) " itu sering pula diselewengkan dari bentuk "pakem"-nya. Menurut kaidah, imbuhan "memper-(kan) " itu terjadi atau terbentuk dari kata kerja (veba) yang berawalan "ber" tetapi pada banyak kasus terjadi penyimpangan.

Proses pembentukan imbuhan itu terjadi seperti ini:

1. Juang -- berjuang -- memperjuangkan -- perjuangan
2. Kerja -- bekerja -- mempekerjakan -- pekerjaan
3. Kenal -- berkenal(an) -- memperkenalkan -- perkenalan
4. Tanding -- bertanding -- mempertandingkan -- pertandingan
5. Dagang -- berdagang -- memperdagangkan -- perdagangan
6. Hati -- berhati-(hati) -- memperhatikan -- perhatian

7. Henti -- berhenti -- memberhentikan -- perhentian
8. Daya -- berdaya -- memberdayakan -- perdayaan

Contoh pada butir (1) sampai dengan (6) sudah sesuai dengan kaidah, tetapi butir (7) dan (8) adalah bentuk penyelewengan atau penyimpangan. Agaknya kita tidak punya pendirian yang teguh untuk menyatakan "memperhentikan" dan "memperdayakan" menuruti kaidah yang berlaku.

Dari kata "daya" mestinya turun kata berimbuhan "memperdayakan". Kita sudah telanjur mengartikan "memperdayakan" itu sama persis artinya dengan tipu daya atau muslihat, maka untuk menghindarinya dibuatlah kata berimbuhan "memberdayakan". Begitulah Pusat Bahasa mencatatnya dalam KBBI edisi ketiga halaman 242.

Waktu saya belajar bahasa Indonesia di sekolah dasar di kampung dulu, kata berimbuhan "memberdayakan" itu tidak dikenal atau belum dikenal. Saya hanya tahu bahwa kata "memperdayakan" yang berasal dari kata "berdaya" artinya "membuat supaya berdaya" dan bukan tipu muslihat.

Yang dimaksudkan dengan tipu daya atau tipu muslihat itu sebenarnya adalah MEMPERDAYAI. Jadi, jangan memperdayai teman sendiri artinya jangan membuat dia tidak berdaya. Tetapi, rupa-rupanya Pusat Bahasa tidak mengenal kata itu dan KBBI tentu saja tidak mencatat kata itu.

Ketika bermain sepak bola, saya sering memperdayai penjaga gawang lawan. Saya membuat lawan tidak berdaya dengan tipu muslihat agar tercipta gol.

Umbu Rey

Tidak ada komentar: