Rabu, 05 November 2008

Perhitungan versus Penghitungan

Tulisan saya kali ini hanya saya tujukan buat anggota milis Antara saja. Biasanya saya menulis untuk milis guyubbahasa@yahoogroups.com karena di situ saya lebih banyak mendapat tanggapan dari para redaktur di hampir semua media massa dan di seluruh dunia. "Copy paste" atau salinannya saya kirimkan juga buat milis Antara.

Persoalan ini sebenarnya sepele saja. Saya hanya ingin menjelaskan perbedaan kata berimbuhan "perhitungan dan penghitungan" yang menurut amatan saya, banyak sekali salah penggunaannya.

Saya tidak hendak menggurui Anda sekalian, dan karena itu orang berilmu lebih tinggi dari saya di lembaga ini lantaran sekolahnya S-2 di luar negeri jangan pula tersinggung. Ini hanya curah pikiran dan kalau Anda tidak setuju bolehlah ditanggapi untuk memperoleh kebenaran.

Kata "penghitungan dan perhitungan" sudah kita kenal sejak belajar bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Tetapi, berapa banyak di antara kita yang tahu penggunaan kata itu secara tepat? Saya agak yakin hampir semua wartawan Antara menggunakan dua kata berimbuhan ini secara mana suka, lantaran tidak mengerti makna kata itu secara persis.

Menurut amatan saya, berita pemilu hampir di seluruh Indonesia saban hari kita beritakan, dan dua kata itu --penghitungan dan perhitungan-- digunakan secara bergantian. Yang terbanyak digunakan adalah kata"perhitungan" suara, dan menurut saya salah atau tidak tepat.

Baik "penghitungan" maupun "perhitungan" berasal atau mengapit kata dasar"hitung". Kata ini masuk dalam kelas verba (kata kerja) yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga berarti membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, dan memperbanyakkan dsb).

Lema "hitung" itu dalam tuturan sehari-hari lazim mendapat imbuhan"peng-an" dan "per-an". Bagi orang awam penggunaan kedua imbuhan itu sama saja dan karena itu tidak kelihatan lagi perbedaannya jika diucapkan dalam bahasa lisan.

Jika kita cermat berbahasa, sesungguhnya "penghitungan" dan "perhitungan" itu berbeda sekali maknanya dan karena itulah saya perlu menjelaskan kata itu agar tepat makna dan tepat pula penempatanya pada konteks kalimat. Tentu saja penjelasan saya ini tidaklah mutlak benar menurut pendapat Anda dan karena itu beberapa orang di lembaga ini suka sekali berkata, "Akh, si Umbu itu maunya benar sendiri. Mau menang sendiri!"

Kadang-kadang saya suka tertawa geli jikalau Anda mengatakan "mau menang sendiri". Bukankah "menang" itu memang cuma milik seseorang, milik sendiri? Tidak pernah ada menang itu milik bersama (kecuali menurut budaya salah kaprah bangsa kita).

Dalam sebuah pertandingan olahraga, orang yang menang itu selalu harus ada satu, karena itu yang berhak mendapat medali emas itu hanya seorang untuk satu jenis pertandingan. Jikalau Anda ingin mengalahkan saya dalam debat atau curah pikiran mengenai satu perkara bahasa dalam milis ini, mestinya Anda mengemukakan pendapat yang logis untuk mematahkan pendapat saya. Itu sebabnya saya memerlukan tanggapan Anda setiap kali saya menjelaskan suatu kata dalam milis ini. Jangan perlihatkan "pikiran kerdil" Anda dengan ucapan "mau menang sendiri", dan "mau menggurui".

Saudaraku,

Dalam tata bahasa Indonesia, semua kata yang mendapat imbuhan "peng-an" biasanya berasal dari kata dasar yang mendapat awalan "me-(kan)", dan pada umumnya kata berimbuhan "per-an" itu terbentuk dari turunan dari kata dasar berawalan "ber-".

Karena itu, "penghitungan" adalah turunan dari kata berawalan "menghitung" dan "perhitungan" adalah turunan kata berawalan "berhitung". Saya katakan pada umumnya begitu lantaran tidak semuanya berlaku demikian.

Agar lebih jelas saya perlihatkan turunan verba "hitung" itu sbb:

1. Hitung -> berhitung -> memperhitungkan -> perhitungan - pehitung

2. Hitung -> menghitung -> penghitungan -> hitungan -> penghitung

Yang dimaksudkan dengan "perhitungan" (butir 1) adalah perbuatan (hal, cara dsb) memperhitungkan. Kita membutuhkan pikiran yang lebih serius atau membutuhkan konsentrasi untuk menemukan hasil perhitungan yang diinginkan karena angka-angka itu seringkali tidak terpapar di depan kita.

Zaman dulu di Sekolah Dasar ada mata pelajaran berhitung, mencongak, dsb yang memerlukan rumus atau kiat-kiat tertentu dan kadang-kadang menguras pikiran Anda untuk menghasilkan jumlah yang diinginkan. Pada waktu di SMP ada Aljabar, dan di SMA ada ilmu ukur ruang (steriometri), ada ilmu ukur sudut (goneometri), dan ada pula ilmu pesawat yang memerlukan rumus Phitagoras (misalnya) atau apa saja untuk memudahkan perhitungan.

Yang dimaksudkan dengan "penghitungan" (butir 2) adalah proses, cara, atau perbuatan menghitung (mencari jumlahnya, atau membilang berapa jumlahnya (lihat KBBI edisi ketiga). Dalam kasus "penghitungan" ini sebenarnya kita tidak memerlukan pikiran yang terlalu rumit untuk mencari jumlah yang diinginkan, lantaran sesuatu yang kita hitung itu sudah terpampang di hadapan mata kita.

Jikalau misalnya Anda hendak mencari berapa jumlah wartawan Antara yang berada di lantai 20 gedung ini pada hari ini, Anda tidak memerlukan rumus tertentu sebagai alat atau cara menghitung. Anda hanya membutuhkan jari untuk untuk menunjuk-nunjuk lalu menjumlahkan (dalam hati atau di luar kepala saja) berapa wartawan yang tampak di depan Anda dan pada hitungan terakhir Anda akan menemukan hasilnya.

Proses penghitungan seperti itulah yang terjadi atau yang berlaku pada pemilihan umum di daerah-daerah. Jumlah suara yang terkumpul dari segala pelosok negeri sebenarnya telah dikumpulkan di satu tempat. Petugas tinggal menghitung suara yang ada dan akan memperoleh hasil dari penjumlahan surat suara itu. Itulah yang kita sebut PENGHITUNGAN SUARA.

Mulai saat ini untuk memberitakan jumlah suara dalam pilkada di daerah kita hendaknya mengatakan "penghitungan suara", dan bukan "perhitungan suara".

Semoga jelas.

Umbu Rey

6 komentar:

yahudha mengatakan...

mantab jaya.. saya sebarkan info ini.. :)

yahudha mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Perhitungan itu bisa juga dikonotasikan negatif, seperti pelit atau marah.

Oki Erie Rinaldi mengatakan...

berarti pemikiran saya sama dengan anda.. :D

Dien Anindia mengatakan...

tulisan Anda bagus, tp saran saya Anda harus berfikir positif terhadap semua orang . belum tentu orang akan berfikir Anda sok tau atau mau menangnya sendiri . menulis apapun tanpa berfikir negatif tentang orang lain tapi berfikir bermanfaat untuk orang lain :)

Muzaki L mengatakan...

Malasahnya dalam "penghitungan" suara, kemudian kan dibuatlah persentasi.. apakah itu tidak membutuhkan rumus? jadi menuurt saya disini tidak masalah klo dr penjelasan di blog ini ketika memakai kata perhitungan suara...