Saya tidak tahu persis apakah ini gejala penyimpangan atau mungkin perkembangan bahasa Indonesia. Hampir setiap saat saya amati koran-koran menulis kata "tampak" secara tidak tepat makna. Ini pendapat saya dan boleh dibantah.
Beberapa tahun yang lalu ketika mantan Presiden RI Pak Harto masih hidup, kegiatannya selalu saja disorot wartawan. Pada suatu saat setelah bulan Ramadan usai, diadakanlah sembahyang atau salat Id di Masjid At-Tien di Taman Mini Indonesia Indah untuk menyambut Idulfitri. Masjid itu, konon, didirikan oleh Ibu Tien Soeharto. Ribuan orang memadati masjid itu.
Kantor Berita Antara juga meliput kegitan itu, dan wartawannya tentu saja melaporkan peristiwa itu dari sudut pandangnya sendiri. Apa yang dilihatnya di situ dilaporkannya semua secara terperinci, dan berhamburanlah kata "tampak" dalam laporannya itu.
Salah satu kalimatnya berbunyi "Ribuan umat muslim memadati Masjid At-Tien di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk melakukan salat Id, tetapi mantan Presiden Sooharto tampak tidak terlihat".
Terus-terang saya bingung setengah mati membaca berita itu. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak dapat dilihat atau yang tidak ada di tempat itu tampak atau dapat dilihat oleh wartawan Kantor Berita Antara? Kata "tampak" agaknya digunakan sebagai kebiasaan, dan mungkin merupakan pemanis kata atau pelengkap tanpa makna. Karena itu setiap kali melaporkan berita pandangan mata, wartawan mesti menggunakan kata "tampak" itu.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ketiga, kata "tampak" hanya memiliki makna yang berhubungan dengan apa yang dilihat mata. Tampak artinya (1) dapat dilihat, kelihatan, dan (2) memperlihatkan diri atau muncul. Dari kata "tampak" turun kata tampaknya, tampak-tampak, menampak, menampakkan, tertampak, dan penampakan, yang kesemuanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat mata.
Kalau kata "tampak" dipakai bersamaan dengan kata "terlihat" mungkin masih dapat diterima akal sebab kata "tampak" dalam kasus ini hanya menegaskan apa yang dilihat wartawan. Bandingkan dengan "tampak ada" atau "telah tampak orang ramai di situ".
Jika kita menggunakan "tampaknya ada", maka frasa itu merupakan pernyataan atau penafsiran sesuatu yang tidak pasti atau belum tentu terjadi. Jikalau kita mengatakan "Pak Harto tampaknya tidak akan hadir di masjid itu" maka kalimat itu menyiratkan makna bahwa Pak Harto mungkin sekali akan hadir juga di situ, tetapi belum terlihat.
Tetapi kalau kita mengatakan Pak Harto "tampak tidak hadir" dalam acara itu, maka kata tampak itu menjadi mubazir atau bahkan tidak masuk akal lantaran tak akan mungkinlah mata melihat sesuatu yang tidak hadir.
Anehnya, Harian KOMPAS edisi Jumat 29/8/2008 menurunkan berita pada halaman 9 mengenai kemenangan Anwar Ibrahim yang kembali ke parlemen setelah menang dalam pemilu sela di Malaysia. Pada halaman itu tertulis: Pada saat pengambilan sumpah Anwar, Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi, Wakil PM Nadjib Razak, serta sebagian anggota kabinet tampak tidak hadir di gedung parlemen.
Dapatkah orang yang tak hadir di situ tampak atau dapat dilihat oleh wartawan?
Umbu Rey
Berikut ini tanggapan Bari Muchtar (Radio Nederland):
Bung Umbu,
Saya tidak akan membantah, tapi ingin mengajukan yang mungkin bisa memperparah diskusi. Banyak orang menggunakan "nampak", bukan "tampak". Ada yang mengatakan dua kata ini sebenarnya artinya sama. Nampak itu pengaruh bahasa Jawa, sementara tampak murni bahasa Melayu. Bagaimana pendapat anda, Bung Umbu?
Terus apakah bisa misalnya kata "tampak" di tulisan Kompas tadi diganti dengan "tampaknya"? Jadi kalimatnya menjadi begini: "pada saat pengambilan sumpah Anwar, Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi, Wakil PM Nadjib Razak, serta sebagian anggota kabinet tampaknya tidak hadir di gedung parlemen".
Dengan kata lain bisakah kita menggunakan "tampaknya" di sini untuk menunjukkan sesuatu yang tidak pasti? Karena anda menulis: Jika kita menggunakan "tampaknya ada", maka frasa itu merupakan pernyataan atau penafsiran sesuatu yang tidak pasti. Contohnya, Pak Harto tampaknya tidak akan hadir di Masjid itu.
Terima kasih sebelumnya dan salam dari negeri kincir angin
Bari Muchtar/Radio Nederland http://www.ranesi.nl/
Jawaban saya:
Bung Bari di Nederland,
Kata "nampak" itu masuk kategori bahasa percakapan. Itu kebiasaan orang Jakarta atau Jawa pada umunya yang suka memotong-motong kata supaya lebih singkat saja. Alih-alih mengatakan "kita pergi menonton" mereka lebih suka mengatakan "kita nonton". Kata lain yang serupa dengan itu dapat kita lihat pada kata kacau-->ngaco", karang --> ngarang, pantul --> mantul dst.
Kata "tampak" dalam tulisan di KOMPAS itu tidak bisa diganti dengan "tampaknya" sebab orang (pejabat tinggi) yang disebutkan dalam koran itu memang sudah pasti tidak hadir dalam acara sumpah jabatan itu sampai acara itu usai.
Kata "tampaknya" yang saya maksudkan itu lebih menunjuk pada arti ramalan atau perkiraan tentang sesuatu yang bakal atau akan terjadi atau mungkin juga tidak akan terjadi. Jadi, "tampaknya" bersinonim dengan "mungkin".
Harian KOMPAS beda dari Bantor Berita Antara. Koran mempunyai tenggat waktu lebih lama daripada kantor berita. Artinya, wartawan koran baru akan menulis beritanya pada umumnya ketika acara itu sudah usai tuntas.
Kantor Berita Antara bekerja dengan tenggat setiap saat, hampir mirip dengan radio yang melaporkan pandangan mata langsung dari tempat kejadian. Ketika acara itu belum usai beberapa peristiwa atau kejadian dalam acara itu sudah harus disiarkan pada saat itu juga.
Ketika acara sembahyang atau salat Id itu belum usai (masih berlangsung), masih ada kemungkinan Pak Harto akan hadir dalam acara itu. Mungkin pada pertengahan acara atau mungkin pada akhir acara itu.
Pada saat yang demikian itu, wartawan Antara seharusnya menggunakan kata "tampaknya" karena ada kemungkinan seperti yang saya sebutkan di atas. Jika saja wartawan Antara cenderung memperkirakan Pak Harto tidak akan hadir, maka dia seharusnya melaporkan "Pak Harto tampaknya tidak akan hadir dalam acara itu".
Tetapi, kalau Pak Harto diketahuinya tidak hadir, maka pastilah Pak Harto tidak akan kelihatan atau tidak akan tampak di tempat itu. Lantas, mengapa wartawan menggunakan kata "tampak tidak kelihatan". Bukankah orang yang tidak hadir di situ memang tidak tampak atau tidak mungkin bisa kelihatan atau terlihat?
Semoga jelas.
Umbu Rey
Tanggapan Bari Muchtar (Radio Nederland):
Bung Umbu,
Terima kasih atas penjelasan Anda. Bisakah saya mewawancarai anda tentang kebijakan bahasa di Antara? Wawancara itu akan saya siarkan di acara radio saya dan juga akan dimuat di situs kami: www.ranesi.nl. Kalau anda bersedia, tolong kasih tahu nomor telpon anda dan emailkan langsung ke alamat email saya:bari.muchtar@ rnw.nl
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Bari Muchtar/Radio Nederland
Jawaban saya:
??????????
Umbu Rey
Jumat, 10 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar