Setiap kali ada teman, kerabat, dan sahabat meninggal dunia, ramailah di milis-milis orang menyampaikan ucapan turut berdukacita. Maksud ucapan belasungkawa itu tentulah untuk ikut besedih hati karena kita tidak akan pernah lagi bersua dengan almarhum. Kita bersedih karena mengenang perbuatan amal baiknya, jasanya, dan betapa indah hari-hari ketika kita bercengkerama dengan almarhum atau almarhumah yang tidak akan pernah lagi terulang kembali.
Ucapan belasungkawa itu lazimnya selalu disertai dengan perkataan atau kalimat begini: "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT".
Sudah berkali-kali ada teman atau keluarganya meninggal dunia, tetapi saya tidak pernah menyampaikan ucapan ikut berdukacita dalam milis. Saya lebih suka pergi ke tempat atau rumah duka (jikalau ada kesempatan) untuk melayat sembari berdoa (dalam hati saja) di depan jenazah, dan sekalian mengiring peti mati ke tempat kediaman yang terakhir.
Penggalan kalimat "SEMOGA AMAL IBADAHNYA DITERIMA OLEH ALLAH SWT" bagi saya terasa amat sangat janggalnya. Kata "semoga" sama dengan "mudah-mudahan" dan mengandung pengertian bahwa seseorang mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, atau belum tentu terwujud.
Frasa "semoga diterima Allah SWT" juga berarti kita mengharapkan Tuhan kiranya menerima amal ibadah yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu ketika masih hidup. Dengan ucapan "semoga" itu seakan-akan ada tersirat pengertian bahwa "amal ibadah" yang telah diperbuat manusia semasa hidupnya belum tentu diterima Tuhan, dan karena itu kita berdoa agar Allah SWT menerimanya.
Amal ibadah sesungguhnya adalah perbuatan baik, dan menurut saya, dan pastilah itu diterima oleh Tuhan, sebab amal ibadah itulah yang dikehendaki Tuhan selama manusia hidup di dunia. Selama hidup di dunia manusia dianjurkan agar banyak-banyak berbuat amal dan terus beribadah. Begitulah kata-kata nasihat bijak dari orang alim ulama yang saya dengar di teve.
Karena itu, ketika seseorang telah meninggal dunia maka tidak perlu lagi kita mengucapkan "semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT"sebab Tuhan pastilah akan menerima semua perbuatan baik yang dilakukan manusia. Jadi, apalah gunanya kita mengucapkan doa pengharapan untuk perbuatan yang sudah pasti diterimaTuhan? Mubazir itu. Itu cuma kata basa-basi yang tidak logis.
Saya mencoba menarik perhatian teman di dekat saya, ketika menulis kalimat ini: "TURUT BERDUKACITA SEMOGA DOSA-DOSANYA DIAMPUNI OLEH TUHAN YME". Menurut saya inilah kalimat yang masuk akal untuk mengucapkan turut berdukacita kepada hadai taulan yang telah meninggal dunia.
Tetapi, teman saya cepat bereaksi dan dengan nada tiinggi mengatakan"Akh..., kau menghina temanmu sendiri!" Dia mengatakan, dengan ucapan itu saya menuduh teman sendiri seakan-akan telah melakukan dosa selama hidupnya.
Ada kebisaan aneh di kalangan oranb beragama, menurut saya, ketika mendoakan orang yang telah pergi menghadap Tuhan, dan karena ingin menghormati teman yang sudah meninggal itu, maka yang baik-baik saja yang kita kemukakan di hadapan Tuhan dan orang yang melayat. Dari sebab itu muncul salah kaprah "semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT".
Tidak pernah saya mendengar orang mengucapkan riwayat hidup seseorang yang telah meninggal dunia, bahwa dia pernah berselingkuh dengan bini temanya sendiri, atau melakukan korupsi dalam masa jabatannya. Uang negara telah dikurasnya bermiliar-milar rupiah banyaknya untuk memperkaya dirinya sendiri.
Menurut saya, sekalipun seorang pendeta atau pastor meninggal dunia, maka wajiblah kita mendoa agar dosa-dosanya diampuni Tuhan. Sebab, semua orang yang hidup tanpa kecuali tentulah bedosa. Itu pasti.
Tetapi, ucapan "semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT" jangan-jangan merupakan ucapan keragu-raguan juga, lantaran orang yang pada masa hidupnya berselingkuh dan berbini sepuluh lalu melakukan korupsi besar-besaran pun dipandang oleh sebagian orang sebagai perbuatan baik.
Umbu Rey
Selasa, 09 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar