Senin, 10 Agustus 2009

Seorang polisi tewas lagi

Kata lagi tertera dalam KBBI dan diberi banyak arti. Baiknya saya kutip dari KBBI daring seperti berikut:

(1). adv sedang (dl keadaan melakukan dsb); masih: jangan berisik, ayah -- tidur;
(2) adv tambah sekian (atau sedemikian) pula: tunggu sebentar --;
(3) adv kembali (berbuat dsb) spt semula; berulang spt semula; pula: kemarin sudah menonton, sekarang hendak menonton --;
(4) p dan; serta; juga: anak itu pandai -- rajin; istrinya muda, cantik, -- kaya;
(5) p partikel yg dipakai untuk menekankan kata atau kalimat yg mendahuluinya
(mengandung makna; sama sekali, betul-betul, amat sangat, dsb): kekejaman tentara penjajah sungguh tak terkatakan --; penderitaan rakyat Kamboja sudah tidak tertahan --;

Harian Umum KOMPAS pada halaman muka hari ini (14/7/09) menulis judul dengan kalimat sbb:

SEORANG POLISI TEWAS LAGI

Judul berita ini membuat saya agak bingung karena penggunaan kata "tewas lagi". Menurut pendapat saya, semua arti yang tertera dalam KBBI tidak memenuhi maksud kata lagi dalam kalimat itu.

Arti kata lagi yang disebut pada butir (2) KBBI di atas rasanya masuk akal jika menunjukkan jumlah yang tewas. Jadi, "tewas lagi" memberikan arti bahwa yang tewas itu tambah sekian, sehingga jumlah yang tewas menjadi sekian.

Tetapi, kata "tewas lagi" dalam kalimat judul berita di atas agaknya membatalkan arti pada butir (2) KBBI sebab yang tewas itu hanya ada satu orang polisi. Jadi, kalau seorang polisi tewas lagi, maka yang mati itu tidak akan bertambah banyak, sebab cuma seorang polisi itu saja yang mati.

Arti yang tersebut pada butir (3), yakni "kembali (berbuat dsb), berulang seperti semula, agaknya janggal juga kedengarannya, sebab kata "tewas" bukanlah perbuatan atau keadaan yang dapat diulang. Tewas dalam konteks ini sama artinya dengan mati. Polisi itu tewas dan bukan menewaskan. Jadi, mungkinkah "seorang polisi" tewas dua kali karena dia mengulangi lagi perbuatan tewas? Rasanya tidak masuk akal.

Kata lagi dalam kalimat di bawah ini mungkin berbeda maknanya:

(a) - Seorang lagi polisi tewas
(b) - Seorang polisi lagi tewas
(c) - Seorang polisi tewas lagi

Kalimat pada butir (a) menerangkan bahwa jumlah polisi yang tewas bertambah satu. Kalimat pada butir (b) menerangkan bahwa polisi itu tidak "sedang" tewas tetapi menunjukkan bahwa yang tewas itu tak lain adalah seorang polisi dan bukan seorang nelayan. Dengan pengertian lain, tadi polisi tewas dan sekarang polisi lagi yang tewas.

Kalimat pada butir (c) sama sekali tidak masuk akal. Kalimat seperti ini sama saja dengan "almarhum meninggal dunia". Orang mati tidak bisa mati dua kali.

Seorang teman mengusulkan kalimat "lagi, seorang polisi tewas" tetapi tidak saya masukkan sebagai bentuk lain dari kalimat menggunakan kata lagi. Itu kalimat khas jurnalistik surat kabar yang disusun antara lain supaya indah secara tipografis. Tetapi, kalau kalimat contoh kalimat itu kita tilik dari sudut tata bahasa, jelas keliru atau lebih tepat tidak lazim.

Jurnalistik Kantor Berita pada umumnya tidak menggunakan kalimat seperti itu, demikian juga radio dan televisi. Kantor Berita, radio dan televisi biasanya memulai kalimat judul dengan subjek, lalu predikat, kemudian objek secara taat asas.

Saya belum pernah mendengar penyiar radio dan televisi menyebut pokok berita, "Lagi, seorang polisi tewas". Saya pikir semua pendengar atau pemirsa akan bingung mendengar kata "lagi" di depan subjek kalimat itu. Apa itu lagi?

Kalau kalimat "lagi, seorang polisi tewas" dibenarkan, maka kita juga akan membenarkan kalimat berikut:

1. Hanya, seorang polisi tewas
2. Saja, seorang polisi tewas
3. Juga, seorang polisi tewas

Dalam surat kabar, kalimat judul yang dimulai dengan kata "lagi" biasanya diikuti dengan tanda baca koma (,) dan itu biasanya dibuat pada berita lanjutan (follow-up story). Kata "lagi' yang diikuti tanda koma itu menerangkan bahwa peristiwa yang sama dan sudah diberitakan sebelumnya, terjadi pula sekarang.

"Lagi, seorang polisi tewas" adalah kalimat (khas surat kabar) yang sengaja dibuat menyimpang dari asas tata bahasa untuk menarik perhatian.

Dalam milis ini dua tahun yang lalu saya telah menulis juga soal kalimat judul koran yang bentuknya begini: "Pemudik Dua Kali Ditarik Ongkos". Bagi saya, kalimat itu sama sekali tidak jelas. Tetapi begitulah koran. Orang awam "terpaksa" mengerti.

Umbu Rey

Tidak ada komentar: